Kekaisaran
Romawi Timur adalah istilah yang digunakan oleh sejarawan modern untuk
menyebut bagian Kekaisaran Romawi yang didominasi penutur bahasa Yunani dan
berpusat di Konstantinopel pada masa Antikuitas Akhir dan Abad Pertengahan dari
negaranya yang lebih awal pada masa Klasik.[1] Kekaisaran ini juga disebut Kekaisaran
Bizantium terutama dalam konteksAbad Pertengahan setelah
keruntuhan Kekaisaran Romawi Barat. Penduduk
dan negara-negara tetangganya menyebut kekaisaran ini sebagai Kekaisaran
Romawi saja (bahasa Yunani: Βασιλεία Ῥωμαίων, Basileia Rhōmaiōn;[2] bahasa Latin:Imperium
Romanum) atau Romania (Ῥωμανία).[3] Setelah Kekaisaran Romawi Barat mengalami perpecahan dan keruntuhanpada abad ke-5, bagian timurnya masih terus
berkembang, bertahan hingga kira-kira seribu tahun lagi sampai akhirnya
ditaklukan oleh Turk Utsmaniyah pada
1453. Selama sebagian besar masa keberadaannya, negara ini merupakan kekuatan
ekonomi, budaya, dan militer yang paling berpengaruh di Eropa.
Karena
pembedaan antara "Romawi (Timur)" dan "Bizantium" baru ada
pada masa modern, sulit menetapkan tanggal pasti untuk peralihannya. Akan
tetapi, ada beberapa peristiwa penting sejak abad ke-4 hingga ke-6 yang
menandai periode peralihan ketika bagian barat dan timur Kekaisaran Romawi mengalami pemisahan. Pada tahun 285, Kaisar Diocletianus (berkuasa. 284–305) membagi
pemerintahan Kekaisaran Romawi menjadi empat paruh timur dan barat.[4] Antara tahun 324 dan 330, KaisarKonstantinus I (berkuasa
306–337) memindahkan ibukota utama dari Roma ke Bizantium, di sisi Eropa dari Bosporus. Bizantium diganti namanya diganti Konstantinopel ("Kota
Konstantinus") atau disebut juga Nova Roma ("Roma Baru").[n 1] Di bawah kaisarTheodosius II (berkuasa
379-395), Kristen menjadi agama negara resmi kekaisaran sedangkan
agama lainnya seperti politeisme Romawi dilarang. Periode akhir peralihan dimulai pada akhir
pemerintahan Kaisar Heraclius (berkuasa 610–641) ketika dia sepenuhnya
mengubah kekaisaran dengan mereformasi pasukan dan pemerintahan dengan
memperkenalkan sistem thema dan
mengganti bahasa resmi kekaisaran dari bahasa Latin menjadi bahasa Yunani.[6]
Peralihan
ini juga dipermudah oleh fakta bahwa pada masa Heraclius dan para penerus
terdekatnya, banyak wilayah non-Yunani di Timur Tengah dan Afrika Utara yang
telah direbut oleh Kekhalifahan Arab yang sedang berkembang, dan Kekaisaran Bizantium
hanya meliputi wilayah yang sebagian besar dihuni oleh penutur bahasa Yunani.
Maka dari itu pada masa kini Bizantium dibedakan dari peradaban Romawi kuno berdasarkan kebudayaannya yang lebih mengarah
pada kebudayaan Yunani alih-alih Latin, dan ditandai oleh Kristen Ortodoks sebagai
agama negara setelah tahun 380, dan bukannya politeisme Romawiataupun Katolik,[3] serta lebih banyak ditinggali oleh penutur
bahasa Yunani alih-alih penutur bahasa Latin.
Negeri ini
pernah menjadi negara terkuat di Eropa, meskipun terus mengalami kemunduran,
terutama pada masa Peperangan Romawi-Persia dan Romawi Timur-Arab. Kekaisaran
ini direstorasi pada masa Dinasti Makedonia, bangkit
sebagai kekuatan besar di Mediterania Timur pada
akhir abad ke-10, dan mampu menyaingi Kekhalifahan Fatimiyah. Setelah
tahun 1071, sebagian besar Asia Kecil direbut oleh Turki Seljuk. Restorasi Komnenos berhasil
memperkuat dominasi pada abad ke-12, tetapi setelah kematian Andronikos I Komnenos dan
berakhirnya Dinasti Komnenos pada akhir abad ke-12, kekaisaran kembali
mengalami kemunduran. Romawi Timur semakin terguncang pada masa Perang Salib Keempat tahun
1204, ketika kekaisaran ini dibubarkan secara paksa dan dipisah menjadi
kerajaan-kerajaan Yunani dan Latin Bizantium yang
saling berseteru.
Kekaisaran
berhasil didirikan kembali di bawah pimpinan kaisar-kaisar Palaiologos setelah pasukan Yunani Bizantium dari
Nikaia berhasil merebut kembali Konstantinopel pada 1261. Akan tetapi perang
saudara pada abad ke-14, ditambah dengan direbutnya perdagangan oleh republik-republik bahari Italia, terus melemahkan kekuatan kekaisaran. Sisa wilayahnya dicaplok olehKesultanan Utsmaniyah dalam Peperangan Romawi Timur-Utsmaniyah.
Akhirnya, Konstantinopel berhasil direbut oleh
Utsmaniyah pada tanggal 29 Mei 1453, menandai berakhirnya Kekaisaran Romawi
Timur, meskipun beberapa monarki Yunani tetap menguasai sejumlah wilayah bekas
milik Kekaisaran Bizantium selama beberapa tahun, hingga takluknya Mystras pada
1460, Trebizond pada
1461, dan Monemvasia pada 1473.
Sejarah awal Kekaisaran Romawi
Pasukan
Romawi ketika itu telah berhasil menguasai daerah luas yang melingkupi seluruh
wilayah Mediterania dan sebagian besarEropa Timur. Wilayah-wilayah ini terdiri dari
berbagai kelompok budaya, baik yang masih primitif maupun yang telah memiliki
peradaban maju. Secara umum, provinsi-provinsi di wilayah Mediterania timur
lebih makmur dan maju karena telah mengalami perkembangan pesat pada masa Kekaisaran Makedonia serta
telah mengalami proses hellenisasi. Sementara itu, provinsi di wilayah Barat kebanyakan
hanya berupa pedesaan yang tertinggal. Perbedaan antara kedua wilayah ini
bertahan lama dan menjadi penting pada tahun-tahun berikutnya.[22]
Pemisahan Kekaisaran Romawi
Pada tahun
293, Diokletianus menciptakan sistem administratif yang baru (tetrarki)[23] sebagai institusi yang dimaksudkan untuk
mengefisienkan kontrol Kekaisaran Romawi yang luas. Ia membagi Kekaisaran
menjadi dua bagian, dengan dua kaisar memerintah dari Italia dan Yunani,
masing-masing memiliki wakil-kaisar. Setelah masa kekuasaan Diokletianus
dan Maximianus berakhir, tetrarki runtuh, dan Konstantinus I menggantinya dengan prinsip penggantian turun
temurun.[24]
Resentralisasi
Konstantinus
memindahkan pusat
kekaisaran, dan membawa perubahan-perubahan penting pada
konstitusi sipil dan religius.[25] Pada tahun 330, ia mendirikan Konstantinopel
sebagai Roma kedua di Byzantium. Posisi kota tersebut strategis dalam
perdagangan antara Timur dan Barat. Sang kaisar memperkenalkan koin (solidus emas) yang bernilai tinggi dan stabil,[26] serta and mengubah struktur angkatan bersenjata.
Di bawah Konstantinus, kekuatan militer kekaisaran kembali pulih. Periode
kestabilan dan kesejahteraan pun dapat dinikmati.
Di bawah
Konstantinus, Kekristenan tidak menjadi agama eksklusif negara, tetapi
didukung oleh kekaisaran, apalagi sang kaisar mendukungnya dengan hak-hak
yang berlimpah. Sang kaisar memperkenalkan prinsip bahwa kaisar
tidak perlu menyelesaikan pertanyaan doktrin, tetapi perlu memanggil dewan-dewan kegerejaan untuk tujuan itu. Sinode Arles dihimpunkan oleh Konstantinus, danKonsili Nicea Pertama memamerkan
klaimnya untuk menjadi kepala gereja.[28]
Keadaan
kekaisaran tahun 395 dapat dikatakan sebagai hasil kerja Konstantinus. Prinsip
dinasti diterapkan dengan tegas sehingga kaisar yang meninggal pada masa
itu, Theodosius I, dapat mewariskan kekaisaran pada anak-anaknya: Arcadius di Barat dan Honorius di Timur. Theodosius merupakan kaisar terakhir
yang menguasai seluruh Romawi Barat dan Timur.[29]
Kekaisaran
Timur terhindar dari kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh Barat pada abad
ketiga dan keempat, karena Timur memiliki budaya urban yang lebih mapan dan
sumber daya finansial yang lebih kuat, sehingga mampu menghentikan penyerang
dengan upetidan menyewa
tentara-tentara bayaran. Theodosius II memperkuat tembok Konstantinopel, sehingga
kota tersebut aman dari serangan-serangan; tembok tersebut tidak dapat ditembus
hingga tahun 1204. Untuk mengusir orang-orang Hun yang
berada di bawah pimpinanAttila, Theodosius memberi mereka subsidi (konon 300 kg
(700 lb) emas).[30] Ia juga mendukung pedagang Konstantinopel yang
berdagang dengan orang Hun dan bangsa lainnya. Peningkatan ekonomi Bizantium
memungkinkan Theodosius untuk melakukan
kodifikasi hukum Romawi.
Penerusnya, Marcianus, menolak melanjutkan membayar upeti ini.
Beruntungnya, Attila telah mengalihkan perhatiannya pada Kekaisaran Romawi
Barat.[31] Setelah kematiannya tahun 453, negeri Attila
runtuh dan Konstantinopel membuka hubungan yang menguntungkan dengan
orang-orang Hun yang tersisa. Mereka akhirnya bertempur sebagai tentara bayaran
dalam angkatan bersenjata Romawi Timur.[32]
Keruntuhan Kekaisaran Romawi Barat
Setelah
jatuhnya Attila, perdamaian dapat dinikmati di Romawi Timur, sementara Romawi
Barat runtuh (keruntuhannya tercatat pada tahun 476, ketika jenderal Romawi
Jermanik Odoacer menjatuhkan kaisar Romulus Augustulus).
Untuk
merebut kembali Italia, kaisar Zeno hanya bisa bernegosiasi dengan Ostrogoth yang telah menetap di Moesia. Ia mengirim raja Ostrogoth Theodoric ke
Italia sebagai magister militum
per Italiam ("kepala komando untuk Italia"). Setelah
berhasil menjatuhkan Odoacer pada tahun 493, Theodoric menguasai Italia.[29]
Pada tahun
491, Anastasius I menjadi
kaisar, tapi baru pada 497 pasukan kaisar yang baru secara efektif
memperhitungkanperlawanan Isauria.[33] Anastasius adalah seorang reformis energetik dan
administrator yang cakap. Anastasius menyempurnakan sistem koin Konstantinus I
dengan mengatur bobot follis perunggu, koin yang banyak digunakan dalam
kehidupan sehari-hari.[34] Ia juga mengubah sistem perpajakan, serta
menghapuskan pajak chrysargyron yang tidak disukai. Ketika Anastasius meninggal
dunia pada tahun 518, jumlah kas negara tercatat sebesar 320.000 lbs
(145.150 kg) emas.[35]
Penaklukan kembali Romawi Barat
Yustinianus I, yang naik takhta pada tahun 527, melancarkan
penaklukan kembali Romawi Barat.[36] Pada tahun 532, putra petani Illyria itumenandatangani perjanjian damai dengan Khosrau I dari Persia. Meskipun harus membayar upeti tahunan yang besar,
front timur Bizantium menjadi aman. Pada tahun yang sama, Yustinianus selamat
dari kerusuhan Nika di Konstantinopel, yang berakhir dengan kematian
tiga puluh ribu perusuh. Kemenangan ini memperkuat posisi Yustinianus.[37] Paus Agapetus I dikirim
ke Konstantinopel oleh raja Ostrogoth Theodahad, tetapi gagal mencapai kesepakatan
perdamaian dengan Yustinianus. Akan tetapi, ia berhasil membuat monofisitisme dicela.
Penaklukan
kembali Romawi Barat dimulai pada tahun 533. Yustinianus mengirim
jenderalnya Belisarius dan 15.000 tentara untuk merebut kembali
provinsi Afrika dari suku Vandal yang telah berkuasa semenjak tahun 429.[38] Kerajaan Vandal berhasil ditundukkan.[37] Sementara itu, diItalia Ostrogoth, raja Athalaric meninggal pada 2 Oktober 534.
Ibunya, Amalasuntha, dipenjarakan dan dibunuh oleh Theodahad di pulau Martana.
Yustinianus melihatnya sebagai kesempatan untuk melakukan intervensi. Pada
tahun 535, tentara Romawi Timur dikirim ke Sisilia. Kemenangan berhasil digapai, tetapi Ostrogoth
memperkuat perlawanan mereka. Kemenangan baru benar-benar dicapai pada tahun
540, ketika Belisarius merebut Ravenna.[39]
Pada
535–536, Theodahad mengirim Paus Agapetus I ke
Konstantinopel untuk meminta dipindahkannya pasukan Bizantium dari
Sisilia, Dalmatia, dan Italia.
Meskipun Agapetus gagal dalam misinya untuk menyepakati perjanjian damai dengan
Justinianus, tapi ia berhasil mendorong Patriark Anthimus I dari
Konstantinopel yang Monofisituntuk mundur, meskipun didukung dan
dilindungi oleh maharani Theodora.[40]
Sayangnya,
Ostrogoth berhasil disatukan kembali di bawah pimpinan Totila dan merebut Roma pada 17 Desember 546. Belisarius ditarik oleh
Yustinianus pada awal tahun 549.[41] Kasim Narses menggantikannya pada akhir tahun 551 dengan
membawa tentara sejumlah 35.000. Totila berhasil dikalahkan dan tewas
dalam Pertempuran Busta Gallorum.
Penerusnya, Teia, berhasil
ditaklukan dalamPertempuran Mons Lactarius (Oktober
552). Selanjutnya, suku Goth masih terus melawan. Suku Franka dan Alamanni pun melancarkan invasi mereka.
Meskipun begitu, perang untuk menguasai semenanjung Italia telah berakhir
dengan kemenangan Romawi Timur.[42]
Pada tahun
551, bangsawan Visigoth di Hispania, Athanagild, memohon bantuan Yustinianus dalam pemberontakan
melawan raja. Sang kaisar mengirim tentara di bawah pimpinan Liberius.
Kekaisaran Romawi Timur berhasil menguasai sepotong wilayah di pantai Spania hingga masa kekuasaan Heraklius.[43]
Sementara
itu, di timur, Peperangan Romawi-Persia berkecamuk
hingga tahun 561, ketika Yustinianus dan Khosrau menyetujui perdamaian selama
50 tahun. Pada pertengahan tahun 550, Yustinianus telah mencapai kemenangan
dalam semua peperangan, dengan pengecualian di Balkan, ketika kekaisaran terus menerus diserang oleh bangsa Slavia. Pada tahun 559, kekaisaran diancam oleh Kutrigur dan Sklavinoi. Yustinianus memanggil Belisarius,
dan begitu bahaya telah sirna, sang kaisar mengambil alih kekuasaan sendiri.
Berita bahwa Yustinianus memperkuat armada Donaunya membuat Kutrigur cemas,
sehingga mereka setuju dengan traktat yang memberi mereka subsidi dan memperbolehkan
mereka pulang dengan aman melewati sungai Donau.[37]
Yustinianus
juga terkenal karena pencapaiannya dalam bidang hukum.[44] Pada tahun 529, komisi berjumlah sepuluh orang
yang dikepalai oleh Iohannis Orientalis merevisi
undang-undang Romawi kuno. Seluruh "undang-undang Yustinianus" saat
ini dikenal dengan nama Corpus
Juris Civilis.
Selama abad
ke-6, budaya Yunani-Romawi masih
berpengaruh kuat di Timur. Filsafat dan budaya Kristen menjadi semakin penting
dan mulai mendominasi budaya lama. Himne-himne yang Romanus Melodus menandai pengembangan Liturgi Suci. Aristek-arsitek dan pembangun bekerja keras untuk
menyelesaikan gereja baru Kebijaksanaan
Suci, Hagia Sophia yang menggantikan gereja lama
yang hancur akibat kerusuhan Nika. Selama abad keenam dan ketujuh, kekaisaran
diguncang oleh wabah pes, yang membinasakan banyak jiwa, serta mengakibatkan
kemunduran ekonomi dan pelemahan kekaisaran.[45]
Setelah
Yustinianus mangkat pada tahun 565, penggantinya, Yustinus II, menolak membayar upeti untuk Persia. Sementara
itu, suku Langobardi menyerbu Italia. Pengganti Yustinus, Tiberius II, memberi
subsidi kepada suku Avar, sementara melancarkan serangan terhadap Persia.
Subsidi gagal menenangkan suku Avar. Mereka merebut bentengSirmium tahun 582, sementara bangsa Slavia mulai
menyeberangi sungai Donau. Maurice, yang
menggantikan Tiberius, turut campur dalam perang saudara Persia, serta
menempatkan Khosrau II kembali ke takhta dan menikahkan putrinya
dengannya. Traktat Maurice dengan ipar barunya membawa status quo baru di timur, dan
mengurangi biaya pertahanan selama perdamaian ini (jutaan solidi berhasil
diselamatkan berkat remisi upeti untuk Persia). Setelah kemenangannya di front
timur, Maurice dapat mengalihkan perhatiannya ke Balkan, dan pada tahun 602, ia
berhasil mengusir suku Avar dan Slavia.[29]
Menyusutnya perbatasan
Setelah
Maurice dibunuh oleh Phocas, Khosrau mencoba menaklukan provinsi Mesopotamia Romawi.[46] Phocas, seorang pemimpin tak populer yang
dideskripsikan sebagai "tiran" dalam sumber-sumber Romawi Timur,
merupakan target konspirasi-konspirasi senat. Ia dijatuhkan pada tahun 610 oleh Heraklius.[47] Setelah Heraklius berkuasa, tentara Persia terus
mendesak hingga memasuki Asia Kecil. Mereka menduduki Damaskus dan Yerusalem, serta memindahkan Salib Sejati ke Ctesiphon.[48] Heraklius melancarkan serangan balasan dengan
ciri perang suci. Tentara Romawi Timur berperang dengan membawa citra acheiropoietos Kristus sebagai panji militer[49] (serupa dengan ini, ketika Konstantinopel
selamat dari kepungan Avar pda 626, kemenangan itu dianggap sebagai anugerah
dari ikon Perawan yang diarak dalam prosesi oleh Patriark Sergius di dekat dinding kota.[50]). Tentara Persia berhasil dihancurkan dalam pertempuran di Ninewe tahun
627. Pada tahun 629, Heraklius mengembalikan Salib Sejati ke Yerusalem dalam upacara
yang penuh keagungan.[51] Perang ini melemahkan Romawi Timur dan Sassaniyah Persia, serta
membuat keduanya rentan terhadap serangan Muslim Arab yang sedang bangkit pada masa itu.[52] Tentara Arab berhasil menghancurkan tentara
Romawi Timur dalam Pertempuran Yarmuk tahun
636, dan Ctesiphon jatuh pada tahun 634.[53]
Tentara
Arab, yang telah menaklukan Suriah dan Levant, terus
menerus menyerang Anatolia, dan antara tahun 674 hingga 678 mengepung Konstantinopel. Armada
Arab berhasil diusir dengan menggunakan api Yunani dan gencatan senjata selama
tiga puluh tahun disetujui antara kekaisaran dengan Kekhalifahan Umayyah.[54] Serangan terhadap Anatolia terus berlanjut dan
mempercepat matinya budaya urban klasik. Penduduk-penduduk banyak yang
membentengi kembali wilayah-wilayah yang lebih kecil dalam benteng kota lama,
atau pindah ke benteng-benteng terdekat.[55] Besar Konstantinopel sendiri juga menyusut, dari
500.000 penduduk menjadi hanya 40.000-70.000 saja, yang disebabkan karena
Konstantinopel kehilangan sumber gandum pada tahun 618 ketika Mesir direbut
oleh Persia (provinsi ini dapat direbut kembali tahun 629, tetapi akhirnya
dikuasai oleh Arab pada tahun 642).[56]
Penarikan
tentara di Balkan untuk bertempur melawan Persia dan Arab di timur telah
membuka pintu bagi perluasan wilayah bangsa Slavia. Akibatnya,
seperti di Anatolia, banyak kota menyusut menjadi permukiman terbenteng yang
kecil.[57] Pada tahun 670-an, bangsa Bulgaria didesak ke selatan sungai Donau oleh bangsa Khazar. Tentara Romawi Timur yang dikirim untuk membubarkan
permukiman-permukiman baru ini dikalahkan pada tahun 680. Konstantinus IVlalu menandatangani perjanjian dengan khan
Bulgaria Asparukh, dan negara Bulgaria baru memperoleh
kedaulatan atas beberapa suku-suku Slavia yang sebelumnya mengakui kekuasaan
Romawi Timur.[58] Pada tahun 687–688, kaisar Yustinianus II memimpin ekspedisi melawan Slavia dan Bulgaria
yang cukup berhasil.[59]
Kaisar
Heraklius terakhir, Yustinianus II, mencoba menghancurkan kekuatan aristokrasi perkotaan
melalui perpajakan dan penunjukkan "orang luar" dalam jabatan-jabatan
administratif. Ia dijatuhkan pada tahun 695, dan berlindung ke bangsa Khazar,
lalu Bulgaria. Pada tahun 705, Yustinianus II kembali ke Konstantinopel bersama
tentara khan Bulgaria, Tervel. Ia merebut
kembali takhta, dan mendirikan rezim teror bagi musuh-musuhnya. Yustinianus II
dijatuhkan kembali pada tahun 711, sehingga berakhirlah Dinasti Heraklius.[60]
Dinasti Isauria hingga masa saat Basil I naik takhta
Leo III berhasil mengusir serangan Muslim tahun 718, dan
menggapai kemenangan dengan bantuan dari khan Bulgaria, Tervel, yang berhasil
membunuh 32.000 pasukan Arab dengan tentaranya. Penerusnya, Konstantinus V, mencapai kemenangan di Suriah utara, dan melemahkan
kekuatan Bulgaria.[61]
Pada tahun
826, dengan memanfaatkan melemahnya Kekaisaran akibat Pemberontakan Thomas Orang Slav pada awal 820-an, Arab merebut Kreta dan
menyerang Sisilia, tetapi pada 3 September 863, jenderal Petronas berhasil
menggapai kemenangan besar dalam
pertempuran melawan Umar al-Aqta, emir Melitene. Di bawah kepemimpinan kaisar Bulgaria Krum, ancaman
Bulgaria muncul kembali, tetapi pada tahun 814, putra Krum, Omortag, berdamaidengan
Kekaisaran Romawi Timur.[62][63]
Abad
kedelapan dan kesembilan kental dengan kontroversi dan perpecahan religius
akibat ikonoklasme. Ikon-ikon
dilarang oleh Leo III dan Konstantinus V, yang mengakibatkan pemberontakan yang
dilancarkan oleh ikonodul (pendukung ikon) di seluruh kekaisaran. Atas
upaya Maharani Irene, Konsili Nicea Kedua dihimpunkan
tahun 787, dan menegaskan bahwa ikon dapat dihormati tetapi tidak disembah. Pada
tahun 813, Leo V menetapkan
kembali kebijakan ikonoklasme, namun Maharani Theodora memulihkan
pemujaan ikon dengan bantuan Patriark Methodios pada
tahun 843.[64] Ikonoklasme memperlebar jurang perpecahan antara
Timur dan Barat, yang semakin memburuk pada masa skisma Photios, ketika Paus Nikolas I menentang
pengangkatan Photios sebagai
patriark.[65]
Dinasti Makedonia dan kebangkitan
Ada upaya
sadar untuk memulihkan kejayaan seperti pada masa sebelum invasi Slav dan Arab, dan era
Makedonia sering disebut sebagai "Masa Kejayaan" Bizantium.[66]
Peperangan melawan Muslim
Pada tahun
867, Romawi Timur telah menstabilkan kembali posisinya di timur dan barat.
Berkat efisiensi pada struktur militer, kaisar mampu merencanakan perang
penaklukan kembali di timur.
Proses
penaklukan kembali dimulai dengan hasil yang tak tetap. Kreta berhasil
ditaklukan untuk sementara (843), tetapi selanjutnya tentara Romawi Timur
mengalami kekalahan di Bosporus, sementara kaisar tak mampu mencegah penaklukan
Muslim di Sisilia (827–902). Dengan menggunakan Tunisia sebagai batu loncatan, tentara Muslim
menaklukan Palermo tahun 831, Messina tahun 842, Enna tahun 859, Siracusa tahun 878, Catania tahun 900, dan benteng Romawi Timur
terakhir, Taormina, tahun 902.
Kekurangan
tersebut segera diseimbangkan melalui keberhasilan ekspedisi terhadap Damietta di Mesir (856), dikalahkannya Emir Melitene (863), pemastian kekuasaan kekaisaran di Dalmatia (867), dan serangan Basil I terhadap Efrat (870s).
Basil I mampu menangani situasi di Italia selatan dengan baik,[67] sehingga provinsi tersebut akan tetap berada di
tangan Romawi Timur selama 200 tahun berikutnya.[68]
Di bawah
putra sekaligus penerus Mikhael, yaitu Leo VI Yang
Bijak, perebutan wilayah di timur terhadap Kekhalifahan
Abbasiyah terus berlanjut. Akan tetapi, Sisilia direbut Arab pada 902, dan pada
tahun 904, bencana melanda kekaisaran ketika kota keduanya,Thessaloniki, dijarah oleh armada Arab yang dipimpin oleh
pengkhianat Romawi Timur Leo dari Tripoli. Tentara
Romawi Timur membalas dengan menghancurkan armada Arab tahun 908, serta menjarah
kota Laodicea di Suriah dua tahun kemudian. Meskipun
pembalasan telah dilakukan, Romawi Timur tak mampu mengguncang Muslim, yang
telah menghancurkan tentara kekaisaran di Kreta tahun 911.[69]
Situasi di
perbatasan dengan Arab tetap cair. Varangia, yang menyerang Konstantinopel untuk pertama kalinya pada tahun
860, menjadi tantangan baru. Pada tahun 941, mereka muncul di
pantai Bosporus bagian Asia. Kali ini mereka berhasil dihancurkan, menunjukkan
menguatnya kekuatan militer Romawi Timur setelah tahun 907, ketika hanya diplomasi yang mampu
mengusir penyerang-penyerang tersebut.
Meninggalnya
tsar Bulgaria Simeon I pada
927 amat melemahkan Bulgaria sehingga Bizantium dapat berfokus di front timur.[70] Melitene direbut secara permanen pada 934, dan
pada 945 jenderal terkenal Yohanes Kourkouas meneruskan
serangan ke Mesopotamia dengan beberapa keberhasilan, yang berpuncak
pada penaklukan kembali Edessa. Kemenangan ini dirayakan dengan
dikembalikannya Mandylion, relik dengan gambar yang dipercaya sebagai wajah
Kristus, yang diagungkan ke Konstantinopel.[71]
Kaisar Nikephoros II Phokas (berkuasa
963–969) dan Ioannes I Tzimiskes (969–976)
memperluas wilayah kekaisaran hingga Suriah, menundukkan emir-emir di Irak barat
laut, serta menaklukan kembali Kreta dan Siprus. Pada pemerintahan Ioannes, tentara kekaisaran sempat
mengancam Yerusalem.[72] Emirat Aleppo dan tetangga-tetangganya menjadi vassal kekaisaran.
Setelah banyak melancarkan kampanye militer, ancaman Arab terakhir bagi Romawi
Timur berhasil ditaklukan ketika Basil II dengan cepat menarik 40.000 tentara
berkuda untuk membebaskan Suriah Romawi. Dengan surplus sumber daya alam, Basil
II merencanakan ekspedisi ke Sisilia untuk merebutnya dari bangsa Arab. Setelah
kematiannya tahun 1025, ekspedisi berangkat pada tahun 1040-an, dan berhasil
menggapai keberhasilan awal, tetapi keberhasilan itu selanjutnya terhambat.
Peperangan melawan Kekaisaran Bulgaria
Pergumulan
lama dengan Takhta Suci berlanjut; kali ini diakibatkan oleh perebutan
kekuasaan religius atas Bulgaria yang baru dikristenkan. Akibatnya, Tsar Simeon I melancarkan
invasi pada tahun 894, tetapi berhasil dihentikan melalui diplomasi Romawi
Timur, yang memohon bantuan dari bangsa Hongaria. Romawi Timur akhirnya
dikalahkan dalam Pertempuran Bulgarophygon (896)
dan diharuskan membayar upeti kepada bangsa Bulgaria. Selanjutnya (912), Simeon
berhasil memaksa Romawi Timur menganugerahinya takhta basileus (kaisar) Bulgaria dan
membuat Kaisar Konstantinus VII menikahi salah satu putri Simeon. Ketika
pemberontakan di Konstantinopel menghambat upaya ini, Simeon menyerang Trakia
dan menaklukan Adrianopel.[73]
Ekspedisi
kekaisaran di bawah pimpinan Leo Phocas dan Romanos Lekapenos mengalami kekalahan besar dalam Pertempuran Acheloos (917),
dan pada tahun berikutnya Bulgaria memasuki dan merampok Yunani utara hingga
sejauh Korintus. Adrianopel berhasil direbut kembali pada tahun 923,
tetapi pada tahun 924 tentara Bulgaria mengepung Konstantinopel. Situasi di
Balkan membaik setelah kematian Simeon tahun 927. Pada tahun 968, Bulgaria
diserbu oleh Rus' di bawah pimpinan Sviatoslav I dari Kiev. Tiga tahun
kemudian, Kaisar Ioannes I Tzimiskes berhasilmengalahkan bangsa
Rus' dan memasukkan wilayah Bulgaria timur ke dalam kekaisaran
Perlawanan
Bulgaria berkecamuk pada masa dinasti Cometopuli. Kaisar
baru Basil II(berkuasa 976–1025) berupaya menundukkan bangsa
Bulgaria. Ekspedisi pertama Basil mengalami kegagalan di Gerbang Trajanus. Pada
tahun-tahun berikutnya, kaisar sibuk dengan pemberontakan internal di Anatolia, sementara Bulgaria memperluas kekuasaan mereka di
Balkan. Perang berlarut selama hampir dua puluh tahun. Kemenangan Romawi Timur
di Spercheios dan Skopje berhasil
melemahkan tentara Bulgaria. Dalam kampanye militer tahunannya, Basil terus
mengurangi jumlah benteng Bulgaria. Akhirnya, dalamPertempuran Kleidion tahun
1014, Bulgaria berhasil dikalahkan.[74] Tentara Bulgaria ditangkap, dan konon 99 dari
100 tentara dibutakan, sementara sisanya diberi satu mata untuk memimpin teman
sebangsanya pulang. Ketika Tsar Samuilmenyaksikan
nasib tentaranya, ia meninggal akibat syok. Pada tahun 1018, benteng Bulgaria
terakhir telah menyerah, dan negara mereka menjadi bagian dari Romawi Timur.
Kemenangan ini merestorasi perbatasan Donau, yang tidak dikuasai semenjak masa kaisar Heraklius.[73]
Hubungan dengan Rus' Kiev
Antara tahun
850 hingga 1100, kekaisaran membina hubungan dengan Rus' Kiev. Hubungan ini memberikan dampak yang panjang terhadap
sejarah bangsa Slav Timur, dan Romawi Timur dengan cepat menjadi mitra budaya
dan perdagangan mereka. Akan tetapi hubungan antara kedua pihak
ini tidak selalu hangat. Konflik paling serius antara kedua negara adalah
perang 968–971 di Bulgaria. Serangan-serangan Rus'terhadap
kota-kota Romawi Timur di pantai Laut Hitam dan Konstantinopel juga
tercatat dalam sejarah. Meskipun serangan-serangan tersebut dapat dihalau,
serangan itu berakhir dengan traktat perdagangan yang
menguntungkan Rus'.
Hubungan
Rus'-Romawi Timur membaik setelah pernikahan Anna Porphyrogenita dengan Vladimir yang Agung.
Berkat Kristenisasi pula,
hubungan kedua negara semakin manis. Pendeta, arsitek, dan artis Romawi Timur
diundang untuk membantu pengerjaan katedral dan gereja di Rus', sehingga
pengaruh budaya Romawi Timur semakin menyebar. Beberapa tentara Rus' menjadi
tentara bayaran dalam angkatan bersenjata Romawi Timur, dengan yang paling
terkenal adalah Penjaga Varangia.
Akan tetapi,
bahkan setelah Kristenisas bansga Rus', hubungan dengan Bizantium tidak selalu
baik. Konflik paling serius antara dua kekuatan ini adalah perang tahun 968–971
di Bulgaria, namun beberapa ekspedisi penyerbuan Rus' terhadap kota-kota
Bizantium di pesisir Laut Hitam dan Konstantinopel sendiri juga pernah
dilakukan. Meskipun sebagian besarnya berhasil dihalau, ekspedisi-ekspedisi itu
seringkali diselesaikan dengan perjanjian damai yang biasanya lebih
menguntungkan bangsa Rus', misalnya perjanjian pada akhir perang tahun 1043, yang mana ketika itu Rus' menunjukkan indikasi
adanya ambisi untuk bersaing dengan Bizantium sebagai kekuatan yang mandiri.[75]
Puncak
Kekaisaran
Romawi Timur membentang dari Armenia di timur hingga Calabria di barat.[73] Banyak keberhasilan telah digapai, dari
penaklukan Bulgaria, aneksasi wilayah Georgia dan
Armenia, hingga pemusnahan penyerang Mesir di luar Antiokhia. Kemenangan-kemenangan tersebut masih belum cukup;
Basil mempertimbangkan untuk mengusir pendudukan Arab di Sisilia. Ia
berencana menaklukan kembali pulau tersebut, tetapi kematian terlebih dahulu
menuntut nyawanya tahun 1025.[73]
Leo VI
mereformasi administrasi Kekaisaran, mengatur ulang perbatasan subdivisi
administratif (Themata, atau
"Thema") dan merapikan sistem pangkat serta hak istimewa, serta
mengatur tindakan beragam serikat dagang di Konstantinopel. Reformasi Leo
berperan besar dalam mengurangi bahaya perpecahan Kekaisaran.[76]
Periode ini
juga meliputi peristiwa keagamaan yang penting. Kiril dan Methodius, dua bersaudara Yunani Bizantium dari
Thessaloniki, berperan besar dalam Kristenisasi bangsa Slav.[77]
Krisis dan perpecahan
Romawi Timur
segera terperosok dalam periode kesulitan, terutama diakibatkan oleh kerusakan
sistem dan pengabaian militer. Nikephoros II (963–969), Ioannes Tzimiskes dan Basil II mengubah divisi militer
(τάγματα, tagmata) dari angkatan bersenjata penduduk yang defensif
menjadi tentara profesional yang banyak diisi oleh tentara bayaran. Akan
tetapi, biaya yang harus dikeluarkan untuk menyewa tentara bayaran tidaklah
sedikit. Sementara itu, ancaman invasi terus sirna pada abad kesepuluh, dan
begitu pula kebutuhan garnisun dan perbentengan yang mahal.[78] Basil II mewarisi kas yang berkembang pada
penerus-penerusnya, tapi lupa untuk merencanakan penerusnya. Tidak ada satupun
penerusnya yang memiliki bakat politik atau militer, sehingga pemerintahan
kekaisaran jatuh ke tangan pegawai negeri. Usaha untuk memulihkan ekonomi
Romawi Timur hanya mengakibatkan inflasi dan menurunnya nilai koin emas.
Angkatan bersenjata lalu dipandang sebagai kebutuhan yang tak penting dan
ancaman politik. Maka dari itu, tentara asli dipecat dan digantikan oleh
tentara bayaran asing.[79]
Pada masa
yang sama, kekaisaran menghadapi musuh baru yang ambisius. Provinsi-provinsi
Romawi Timur di Italia selatan diancam oleh bangsa Norman, yang
datang ke Italia pada awal abad kesebelas. Selama periode perselisihan antara
Konstantinopel dengan Roma yang berakhir dengan Skisma Timur-Barat tahun
1054, suku Norman mulai menyerbu Italia Bizantium.[80] Bari, pertahanan utama Bizantium di Apulia,
dikepung pada Agustus 1068 dan ditaklukan pada April 1071.[81] Romawi Timur juga kehilangan pengaruh mereka
atas kota-kota pantai di Dalmatia karena direbut Peter Krešimir IV dari Kroasia tahun
1069.[82]
Di Asia
Kecil-lah bencana terbesar akan terjadi. Turki Seljuq melancarkan eksplorasi pertama
mereka melintasi perbatasan Romawi Timur ke Armenia pada tahun 1065 dan 1067.
Kedaruratan dibebankan pada aristokrasi militer di Anatolia yang pada tahun
1068 mengamankan pemilihan salah satu dari mereka sendiri, Romanos Diogenes, sebagai kaisar. Pada musim panas tahun 1071, Romanos
melancarkan kampanye militer besar terhadap Seljuk. Pada Pertempuran Manzikert, Romanos
tidak hanya menderita kekalahan di tangan Sultan Alp Arslan, tetapi juga ditangkap. Alp Arslan memperlakukannya
dengan hormat, dan tidak mengenakan syarat-syarat keras pada Romawi Timur.[79] Sementara itu, di Konstantinopel, kudeta yang
mendukung Michael Doukas berlangsung.
Pada tahun 1081, Seljuk memperluas kekuasaan mereka di Anatolia. Wilayah mereka
membentang dari Armenia di timur hingga Bithynia di barat. Ibukota Seljuk
didirikan di Nicea, yang hanya
terletak sejauh 55 mil (88 km) dari Konstantinopel.[83]
Dinasti Komnenos dan Tentara Salib
Alexios I dan Perang Salib Pertama
Setelah
pertempuran Manzikert, berkat usaha dinasti Komnenos, pemulihan
berhasil dilakukan.[84] Kaisar pertama dinasti ini adalah Isaakius I (1057–1059),
dan yang kedua adalah Alexios I. Pada masa kekuasaannya, Alexios menghadai serangan
Norman yang dipimpin oleh Robert Guiscard dan
putranya Bohemund dari Taranto. Mereka
merebut Dyrrhachium dan Corfu, serta
mengepung Larissa di Thessaly. Kematian Robert Guiscard pada
tahun 1085 meringankan masalah Norman untuk sementara. Sementara itu, Alexios
berhasil mengalahkan Pecheneg dalamPertempuran Levounion pada
tanggal 28 April 1091.[29]
Selepas
mencapai kestabilan di Barat, Alexios dapat mengalihkan perhatiannya terhadap
kesulitan ekonomi dan disintegrasi pertahanan lama kekaisaran.[85] Ia ingin merebut kembali wilayah yang lepas
di Asia Kecil dan menghancurkan Seljuk, tetapi tidak mempunyai
cukup tentara. Pada Konsili Piacenza tahun 1095, utusan Alexios berbicara
kepada Paus Urbanus IImengenai penderitaan orang Kristen di Timur, dan
menekankan bahwa tanpa bantuan dari Barat, mereka akan terus menderita akibat
kekuasaan Muslim. Urban memandang permohonan Alexios sebagai kesempatan untuk
memperkokoh Eropa Barat dan memperkuat kekuasaan kepausan.[86] Pada 27 November 1095, Paus Urbanus II menggelar Konsili Clermont dan menyerukan kepada semua yang hadir untuk
mengangkat senjata di bawah tanda Salib dan melancarkan perang suci untuk merebut
kembali Yerusalem dan Timur dari tangan Muslim.[29]
Alexios
telah menantikan bantuan dalam bentuk tentara bayaran dari Barat, tetapi sama
sekali tidak siap untuk menghadapi kekuatan besar yang akan melewati wilayah
Romawi Timur. Alexios merasa tidak nyaman karena empat dari delapan pemimpin
tentara salib utama adalah orang Norman, salah satunya Bohemund. Tentara Salib
harus melewati Konstantinopel. Untungnya, kaisar berhasil menanganinya. Ia
mengharuskan pemimpin-pemimpin perang salib bersumpah agar dalam perjalanan
mereka menuju Tanah Suci, mereka harus menyerahkan wilayah atau kota yang
mereka taklukan dari Turki kepada Romawi Timur. Sebagai gantinya, Alexios akan
memberi mereka panduan, persediaan makanan, dan pengawalan militer.[87] Berkat sumpah itu, Alexios berhasil menguasai
kembali kota-kota dan pulau-pulau penting, dan bahkan sebagian besar Asia Kecil
barat. Sayangnya, tentara salib meyakini sumpah mereka sudah tidak berlaku
ketika Alexios tidak membantu mereka dalam pengepungan Antiokhia (ia sebenarnya telah mempersiapkan jalan menuju
Antiokhia, tetapi Stephen dari Blois meyakinkannya
untuk mundur. Stephen meyakinkannya bahwa ekspedisi telah gagal).[88] Bohemund, yang menetapkan dirinya sebagai Pangeran Antiokhia, sempat
berperang melawan Romawi Timur, tetapi akhirnya setuju untuk menjadi vassal
Romawi Timur dalam Traktat Devol tahun 1108. Berkat traktat tersebut, ancaman
Norman berhasil dipadamkan.[89]
Ioannes II, Manouel I, dan Perang Salib Kedua
Putra Alexios, Ioannes II Komnenos,
menggantikannya tahun 1118, dan berkuasa hingga tahun 1143. Ioannes adalah
seorang kaisar yang soleh dan berdedikasi, yang ingin memperbaiki kerusakan
yang disebabkan oleh Pertempuran Manzikert.[90] Ia terkenal akan kesalehannya dan masa
kekuasaannya yang lembut dan adil. Ioannes adalah contoh pemimpin bermoral,
pada masa ketika kekejaman merupakan norma.[91] Maka, ia dijuluki sebagai Marcus Aurelius Bizantium.
Pada masa
kekuasaannya, Ioannes bersekutu dengan Kekaisaran Romawi Suci di
Barat, mengalahkan Pecheneg dalam Pertempuran Beroia,[92] serta memimpin kampanye militer terhadap Bangsa Turk di Asia Kecil. Kampanye militer Ioannes mengubah
keseimbangan kekuatan di timur, memaksa Turki mengambil posisi defensif, serta
merebut kembali kota-kota Romawi Timur di Anatolia.[93] Ia juga berhasil mengusir serangan Hongaria dan
Serbia pada tahun 1120-an. Pada tahun 1130, Ioannes bersekutu dengan kaisar
JermanLothair III. Mereka bersama-sama berperang melawan raja
Norman, Roger II dari Sisilia.[94]
Pada masa
akhir kekuasaannya, Ioannes memusatkan kegiatannya di Timur. Ia mengalahkan
emirat Danishmend, menaklukan kembali seluruh Cilicia, dan memaksa Raymond dari Poitiers, Pangeran Antiokhia, untuk
mengakui kekuasaan Romawi Timur. Dalam upaya untuk menunjukkan peran Romawi
Timur sebagai pemimpin dalam dunia Kristen, Ioannes maju ke Tanah Suci. Harapannya pupus karena pengkhianatan sekutu tentara
salibnya.[95] Pada tahun 1142, Ioannes kembali menekankan
klaimnya terhadap Antiokhia, tetapi ia wafat pada tahun 1143 akibat insiden
berburu. Raymond memberanikan diri menyerang Cilicia, tetapi gagal dan terpaksa
pergi ke Konstantinopel untuk memohon belas kasihan kaisar yang baru.[96]
Manouel I Komnenos, putra
keempat Ioannes, terpilih sebagai penerus takhta kekaisaran. Ia melancarkan
kampanye militer terhadap tetangga-tetangganya di barat dan timur. Di
Palestina, ia bersekutu dengan Kerajaan Yerusalem, dan
mengirim armada besar untuk ikut serta dalam invasi ke Mesir Fatimiyyah. Manouel memperkuat posisinya sebagai maharaja negara-negara Tentara Salib.
Hegemoninya terhadap Antiokhia dan Yerusalem dipastikan melalui persetujuan
dengan Raynald, Pangeran
Antiokhia, dan Amalric, Raja
Yerusalem.[97]
Dalam upaya
untuk merestorasi kekuasaan Romawi Timur di pelabuhan-pelabuhan Italia Selatan,
Manouel mengirim ekspedisi ke Italia tahun 1155, tetapi sengketa dengan koalisi
mengakibatkan kegagalan kampanye militer ini. Meskipun begitu, angkatan
bersenjata Manouel berhasil menyerbu Kerajaan Hongaria tahun
1167. Tentara Hongaria dapat dikalahkan dalam Pertempuran Sirmium. Pada tahun
1168, hampir seluruh pantai Adriatik timur berada di tangan Manouel.[98] Manouel lalu bersekutu dengan Paus dan
kerajaan-kerajaan Kristen Barat. Pada masa Perang Salib Kedua, tentara
salib harus melewati wilayah Romawi Timur untuk mencapai tanah suci. Manouel
membiarkan mereka lewat, dan memastikan tentara salib tidak menyebabkan
kekacauan.[99]
Di timur,
Manouel mengalami kekalahan dalam Pertempuran Myriokephalon tahun
1176. Akan tetapi, kekalahan itu segera diperbaiki. Pada tahun berikutnya,
Manouel berhasil mengalahkan tentara Turki.[100] Komandan Romawi Timur Ioannes Vatatzes, yang
menghancurkan penyerang Turki dalam Pertempuran Hyelion dan Leimocheir, tidak
hanya membawa pasukan dari ibukota, tetapi juga berhasil mengumpulkan tentara
dalam perjalanan. Hal ini merupakan tanda bahwa tentara Romawi Timur tetap kuat
dan program pertahanan di Asia Kecil barat masih berhasil.[101]
Renaisans abad keduabelas
Ioannes dan
Manouel menerapkan kebijakan militer aktif, dan memanfaatkan sumber daya yang
ada untuk pertahanan kota atau pengepungan. Kebijakan perbentengan agresif
merupakan jatung kebijakan militer mereka.[102] Meskipun mengalami kekalahan di Myriokephalon,
kebijakan Alexios, Ioannes, dan Manouel, berhasil memperluas wilayah
kekaisaran, mencapai kestabilan perbatasan di Asia Kecil, serta mengamankan
perbatasan Eropa kekaisaran. Dari tahun 1081 hingga 1180, angkatan bersenjata
Komnenos menjamin keamanan Romawi Timur, sehingga peradaban Romawi Timur
memiliki kesempatan untuk berkembang.[103]
Provinsi-provinsi
Barat mampu menggapai kebangkitan ekonomi. Selama abad keduabelas, jumlah
penduduk dan tanah pertanian meningkat. Bukti arkeologi dari Eropa dan Asia
Kecil menunjukkan perbesaran permukiman kota. Pada masa ini, perdagangan juga
berkembang.[104]
Dalam bidang
artistik, muncul kebangkitan dalam bidang mosaik. Sekolah-sekolah arsitektur regional mulai
memproduksi banyak gaya baru yang berasal dari berbagai pengaruh budaya.[105] Selama abad keduabelas, model humanisme awal
muncul sebagai renaisans ketertarikan terhadap penulis-penulis klasik.[106] Melalui Eustathios dari Thessalonika, humanisme
Bizantium menemukan kembali ekspresi khasnya.[106] Dalam filsafat, ada kebangkitan pembelajaran
klasik yang sudah terabaikan sejak abad ke-7, dicirikan dengan peningkatan
signifikan dalam penerbitan ulasan karya-karya klasik.[107] Selain itu, selama periode Komnenos terjadi
penyebaran pertama pengetahuan Yunani klasik ke barat.[108]
Kemunduran dan disintegrasi
Manouel
wafat pada tanggal 24 September 1180. Ia digantikan oleh putranya yang masih
berusia sebelas tahun, Alexios II Komnenos. Alexios II
sangat tidak kompeten. Pemerintahannya kurang disukai karena latar belakang
Franka ibunya, Maria dari Antiokhia.[109] Akhirnya, Andronikos I Komnenos, cucu
Alexios I, mengobarkan pemberontakan melawan saudaranya dan berhasil
menjatuhkannya dalam kudeta. Ia melangsungkan pawai di Konstantinopel pada
Agustus 1182 dengan memanfaatkan kepopulerannya di angkatan bersenjata.
Selanjutnya Andronikos menggalakkan pembantaian orang-orang Latin.[110] Setelah menghabisi musuh-musuhnya, ia menyatakan
dirinya sebagai kaisar pada September 1183. Andronikos mencabut nyawa Alexios
II dan merampas istri Alexios yang berusia 12 tahun, Agnes dari
Perancis.[110]
Andronikos
memulai pemerintahannya dengan baik. Reformasi pemerintahan yang dilancarkannya
dipuji oleh sejarawan-sejarawan. Menurut George Ostrogorsky, Andronikos
berdedikasi untuk membasmi korupsi sampai ke akar-akarnya. Di bawah
kekuasaannya, penjualan jabatan dihentikan. Pemilihan pejabat didasarkan pada
jasa, bukan karena pilih kasih. Pejabat-pejabat diberi upah yang layak sehingga
praktik suap dapat dikurangi.[111] Aristokrat-aristokrat merasa geram dengannya.
Sementara itu, perilaku Andronikos juga dipandang kurang baik. Penghukuman mati
dan kekerasan kerap terjadi, sehingga masa kekuasaannya menjadi rezim teror.[112] Andronikos berupaya menghabisi aristokrasi.
Perjuangan melawan aristokrasi berubah menjadi pembantaian, sementara kaisar
melancarkan tindakan yang lebih kejam untuk menopang rezimnya.[111]
Meskipun
mempunyai latar belakang militer, Andronikos tak mampu melawan Isaakius Komnenos dari Siprus, Béla III dari Hongariayang
mencaplok wilayah-wilayah Kroasia, dan Stefan Nemanja dari
Serbia yang menyatakan kemerdekaan dari Romawi Timur. Keadaan semakin memburuk
ketika William II dari Sisilia menyerang
Romawi Timur dengan angkatan perang sejumlah 300 kapal dan 80.000 tentara pada
tahun 1185.[113] Andronikos memobilisasi armada kecil yang
berjumlah 100 kapal untuk melindungi ibukota. Penyerang-penyerang ini baru
dapat diusir pada masa kekuasaan kaisar berikutnya, Isaakius Angelos.
Atas
dukungan rakyat, Andronikos akhirnya dijatuhkan oleh Isaakius Angelos.[114] Kaisar yang telah dijatuhkan berusaha melarikan
diri bersama istrinya, tetapi ditangkap. Isaakius menyerahkannya kepada massa
selama tiga hari. Setelah beragam macam penyiksaan, Andronikos akhirnya tewas
pada 12 September 1185. Ia adalah anggota Dinasti Komnenos terakhir yang
menguasai Konstantinopel. Isaakius Angelos dari Dinasti Angeloi menggantikannya
sebagai kaisar.
Pada masa
kekuasaan Isaakius II, dan juga penerusnya Alexios III Angelos, pemerintahan
dan pertahanan Romawi Timur mulai runtuh. Meskipun Norman berhasil diusir dari
Yunani, pada tahun 1186 Vlach dan Bulgar melancarkan pemberontakan yang
berujung kepada berdirinya Kekaisaran Bulgaria Kedua. Kebijakan
dalam negeri Angeloi berciri pemborosan harta publik dan maladministrasi
fiskal. Pemerintahan Romawi Timur terus melemah, dan kekosongan kekuasaan yang
tumbuh di kekaisaran memicu perpecahan. Salah satu buktinya adalah saat
beberapa penerus Komnenos mendirikan negara semi-independen di Trebizondsebelum tahun 1204.[115] Menurut Alexander Vasiliev,
"dinasti Angeloi mempercepat keruntuhan kekaisaran."[116]
Perang Salib Keempat
Pada tahun
1198, Paus Innosensius III memulai
pembicaraan mengenai perang salib baru melalui legatus dan
surat-surat ensiklik.[117]Tujuan perang salib tersebut adalah untuk menaklukkan
Mesir, yang merupakan pusat kekuatan Muslim di Levant. Tentara Salib yang tiba di Venesia pada musim panas 1202 jumlahnya lebih kecil
daripada yang dinanti. Mereka juga tidak mempunyai dana yang cukup untuk
menyewa armada Venesia. Sebagai ganti pembayaran, Tentara Salib setuju untuk
membantu merebut pelabuhan (Kristen) Zara diDalmatia (kota vassal Venesia, tetapi
memberontak dan dilindungi oleh Hongaria tahun 1186).[118] Zara berhasil direbut pada November 1202
setelah pengepungan singkat.[119] Innosensius, yang telah diberitahu mengenai
rencana tersebut tetapi penentangannya diabaikan, tidak ingin membahayakan
rencana Perang Salib, sehingga ia memberikan pengampunyan bersyarat kepada
Tentara Salib, tetapi Venesia tidak mendapatkannya.[120]
Setelah Theobald III wafat,
kepemimpinan Tentara Salib berganti tangan ke Bonifacius dari Montferrat,
teman Philip dari Swabia. Baik
Boniface maupun Philip telah menikah dengan anggota keluarga kekaisaran Romawi
Timur. Ipar Philip, Alexios Angelos (putra
dari KaisarIsaakius II Angelos, yang telah
dijatuhkan dan dibutakan), memohon bantuan ke Eropa dan telah berhubungan
dengan Tentara Salib. Alexios menawarkan penyatuan kembali gereja Romawi Timur
dengan Roma, pembayaran 200.000 mark perak, dan bantuan-bantuan lainnya.[121] Innosensius mengetahui rencana untuk mengalihkan
Perang Salib ke Konstantinopel dan melarang serangan terhadap kota tersebut,
tetapi surat paus baru tiba setelah armada telah meninggalkan Zara.
Tentara
Salib tiba di Konstantinopel pada musim panas tahun 1203. Alexios III melarikan
diri dari ibukota. Alexios Angelos naik takhta sebagai Alexios IV bersama dengan ayahnya yang buta, Isaakius.
Sayangnya, Alexios IV dan Isaakius II tak mampu menepati janji mereka dan
dijatuhkan oleh Alexios V. Tentara Salib lalu merebut Konstantinopel pada 13
April 1204. Konstantinopel kemudian dijarah selama tiga hari. Banyak ikon,
relik, dan objek-objek lainnya di Konstantinopel, diangkut ke Eropa Barat. Menurut Choniates,prostitusi didirikan di takhta patriark.[122] Saat Innosensius III mendengar perilaku Tentara
Salib, ia hendak menghukum mereka, tetapi situasi sudah di luar kendali, terutama
setelah legatusnya, yang atas inisiatifnya sendiri, membebaskan Tentara Salib
dari tugas mereka untuk menaklukkan Tanah Suci.[73][120] Ketika pemerintahan telah direstorasi, Tentara
Salib dan Venesia menetapkan persetujuan mereka: Baldwin dari Flandria dipilih
sebagai kaisar dan Thomas Morosini dari Venesia ditunjuk sebagai patriark. Maka
berdirilah Kekaisaran Latin di Konstantinopel. Sementara itu,
pengungsi-pengungsi Romawi Timur mendirikan negara mereka sendiri, dengan yang
paling penting adalahKekaisaran Nicea, Kekaisaran Trebizond, dan Kedespotan Epirus.[120]
Jatuhnya Romawi Timur
Kekaisaran dalam pembuangan
Setelah
Tentara Salib menjarah Konstantinopel tahun 1204, dua negara Romawi Timur
berdiri: Kekaisaran Nicea dan Kedespotan Epirus. Negara ketiga, Kekaisaran Trebizond, didirikan
oleh Alexios I dari Trebizond beberapa
minggu sebelum penjarahan Konstantinopel. Di antara tiga negara ini, Epirus dan
Nicea merupakan negara yang paling mungkin merebut kembali Konstantinopel.
Kekaisaran Nicea terus berjuang untuk tetap bertahan, dan pada pertengahan abad
ke-13 telah kehilangan sebagian besar wilayahnya di Anatolia selatan.[123] Melemahnya Kesultanan Rûm akibat serangan bangsa Mongol tahun
1242–43 memungkinkan para beylik dan ghazi untuk mendirikan kepangeranan mereka sendiri di
Anatolia, sehingga melemahkan kekuasaan Romawi Timur di Asia Kecil.[124] Akan tetapi, invasi Mongol juga memberi waktu
bagi Nicea untuk mengalihkan perhatian pada Kekaisaran Latin.
Penaklukan kembali Konstantinopel
Kekaisaran
Nicea, didirikan oleh dinasti Laskarid, berhasil merebut kembali Konstantinopel dari Latin tahun 1261. Selanjutnya, mereka juga
berhasil mengalahkan Epirus. Maka Romawi Timur berhasil direstorasi di bawah
pimpinanMichael VIII Palaiologos. Akan
tetapi, kekaisaran yang terkoyak akibat perang kini rentan terhadap musuh-musuh
disekitarnya. Untuk memperkuat tentaranya dalam peperangan melawan Kekaisaran
Latin, Michael menarik pasukan dari Asia Kecil, dan memungut pajak yang tinggi
dari petani, mengakibatkan kebencian.[125] Proyek pembangunan besar-besaran dilancarkan di
Konstantinopel untuk memperbaiki kerusakan akibat Perang Salib Keempat, tetapi
tidak satupun dari usaha ini menguntungkan petani di Asia Kecil, yang menderita
akibat serangan ghazi-ghazi.
Michael
memilih untuk memperluas wilayah kekaisaran daripada menjaga jajahannya di Asia
Kecil. Untuk mencegah penjarahan lain, ia memaksa gereja tunduk kepada Roma,
yang menjadi solusi sementara.[126] Selanjutnya, KaisarAndronikos II, lalu
cucunya Kaisar Andronikos III, berupaya
membangkitkan kembali kekaisaran, namun tentara bayaran yang disewa Andronikos
II dari Magnas Societas Catalanorum seringkali
menjadi bumerang.[127]
Bangkitnya Utsmaniyah dan jatuhnya Konstantinopel
Situasi
semakin memburuk setelah Andronikos III wafat. Perang saudara selama enam tahun berkecamuk
di kekaisaran, membuat penguasa Serbia Stefan IV Dushan (berkuasa
1331–1346) mampu menguasai sebagian besar sisa wilayah kekaisaran dan
mendirikan "Kekaisaran Serbia" yang berumur pendek. Gempa bumi di Gallipoli tahun 1354 menghancurkan perbentengan,
sehingga Utsmaniyah (yang disewa sebagai tentara bayaran selama
perang saudara oleh Ioannes VI Kantakouzenos) dapat
memperkuat posisinya di Eropa.[128] Saat perang saudara telah berakhir, Utsmaniyah
telah mengalahkan Serbia dan menundukkan mereka sebagai vassal. Setelah Pertempuran Kosovo, sebagian
besar Balkan telah didominasi oleh Utsmaniyah.[129]
Kaisar
memohon bantuan dari barat, tetapi paus hanya akan mengirim bantuan jika Gereja
Ortodoks Timur mau bersatu kembali dengan Takhta Suci. Penyatuan gereja telah
dipertimbangkan, dan kadang-kadang dilakukan melalui dekret kekaisaran, tetapi
penduduk dan klerus Ortodoks membenci otoritasRoma dan Ritus Latin.[130] Beberapa tentara Barat datang dan memperkuat
pertahanan Konstantinopel, namun kebanyakan penguasa Barat, yang sibuk dengan
urusannya masing-masing, tidak melakukan apapun saat Utsmaniyah mencaplok satu
per satu sisa wilayah Romawi Timur.[131]
Pada tanggal
2 April 1453, Sultan Mehmed II dengan tentara berjumlah 80.000 mengepung
Konstantinopel.[132] Konstantinopel akhirnya jatuh ke
tangan Utsmaniyah pada tanggal 29 Mei 1453. Kaisar Romawi Timur terakhir, Konstantinus XI Palaiologos, terlihat melepas tanda kebesarannya
dan melibatkan dirinya dalam pertempuran setelah tembok kota direbut.[133]
Pasca runtuhnya Romawi Timur
Setelah
Konstantinopel jatuh, satu-satunya wilayah Kekaisaran Bizantium yang masih
tersisa adalah Kedespotan Morea (Peloponnesos), yang dikuasai oleh Kaisar
terakhir, Thomas Palaiologos dan Demetrios
Palaiologos. Kedespotan ini terus bertahan sebagai negara merdeka
dengan membayar upeti tahunan kepada Utsmaniyah. Pemerintahan yang tak
kompeten, ketidakmampuan membayar upeti, dan pemberontakan melawan Utsmaniyah
akhirnya membuat Mehmed II menginvasi Morea pada 1460. Demetrios meminta
Utsmaniyah untuk menginvasi dan mengusir Thomas, hingga akhirnya Thomas
melarikan diri. Utsmaniyah bergerak menyusuri Morea dan bisa dibilang berhasil
menaklukan seluruh Morea pada musim panas. Demetrios mengira bahwa ia akan
dijadikan penguasa Morea, namun wilayah ini kemudian dijadikan bagian dari
Utsmaniyah.
Beberapa
pertahanan terakhir mampu bertahan selama beberapa waktu. Pulau Monemvasia menolak menyerah dan awalnya diperintah oleh
seorang bajak laut Katala. Ketika
penduduknya mengusirnya, mereka memperoleh persetujuan Thomas untuk menempatkan
mereka di bawah perlindungan Paus sebelum akhir 1460. Semenanjung
Mani, di ujung selatan Morea, melakukan perlawanan bawah
koalisi longgar para klan lokal dan kemudian wilayah itu dikuasai oleh Venesia. Pertahanan terakhir adalah Salmeniko, di barat
laut Morea. Graitzas
Palaiologos adalah komandan militer di sana, ditempatkan
di Kastil
Salmeniko. Ketika kota itu akhirnya menyerah, Graitzas dan
garnisunnya serta beberapa penduduk kota bertahan di kastil hingga Juli 1461,
ketika akhirnya mereka melarikan diri dan tiba di wilayah Venesia.[134]
Mehmed II menaklukkan negara-negara kecil di Mistra, Yunani, pada tahun 1460, dan Trebizond pada
tahun 1461. Pada akhir abad ke-15, Kesultanan Utsmaniyah telah
menguasai Asia Kecil dan sebagian Balkan. Ia dan para penerusnya terus
menganggap diri mereka sebagai pewaris Kekaisaran Romawi hingga runtuhnya Kesultanan Utsmaniyah pada
awal abad ke-20. Mereka beranggapan bahwa mereka hanya mengubah basis keagamaan
di Bizantium seperti yang dahulu dilakukan oleh Constantinus. Sementara
itu, Kepangeranan-kepangeranan Donau menerima
pengungsi-pengsungsi Ortodoks dan bangsawan-bangsawan Romawi Timur.
Keponakan
kaisar terakhir, Andreas Palaiologos, mewarisi
gelar Kaisar Romawi Timur dan
menggunakannya dari tahun 1465 hingga kematiannya tahun 1503.[18] Selanjutnya, peran kaisar sebagai
pelindung Ortodoks Timur diklaim oleh Ivan III, Adipati Agung Mokswa. Ia telah
menikahi saudara Andreas, Sophia Paleologue.
Cucunya, Ivan IV, akan
menjadi Tsar Rusia
yang pertama (tsar, atau czar, berarti caesar, adalah istilah yang dahulu digunakan bangsa Slavia
untuk Kaisar Romawi Timur). Penerus-penerus mereka mendukung gagasan bahwa
Moskwa adalah penerus Roma dan Konstantinopel. Gagasan bahwa Kekaisaran Rusia adalah Roma Ketiga tetap hidup hingga meletusnya Revolusi Rusia tahun 1917.[135]
WhatsApp 085 244 015 689
BalasHapusTerimakasih banyak AKI karna melalui jalan togel ini saya sekarang sudah bisa melunasi semua hutang2 orang tua saya bahkan saya juga sudah punya warung makan sendiri hi itu semua berkat bantuan AKI JAYA yang telah membarikan angka 4D nya menang 275 jt kepada saya dan ALHAMDULILLAH berhasil,kini saya sangat bangga pada diri saya sendiri karna melalui jalan togel ini saya sudah bisa membahagiakan orang tua saya..jika anda ingin sukses seperti saya hubungi no hp O85-244-015-689 AKI JAYA,angka ritual AKI JAYA meman selalu tepat dan terbukti..silahkan anda buktikan sendiri. 2D 3D 4D 5D 6D
WhatsApp 085 244 015 689
Terimakasih banyak AKI karna melalui jalan togel ini saya sekarang sudah bisa melunasi semua hutang2 orang tua saya bahkan saya juga sudah punya warung makan sendiri hi itu semua berkat bantuan AKI JAYA yang telah membarikan angka 4D nya menang 275 jt kepada saya dan ALHAMDULILLAH berhasil,kini saya sangat bangga pada diri saya sendiri karna melalui jalan togel ini saya sudah bisa membahagiakan orang tua saya..jika anda ingin sukses seperti saya hubungi no hp O85-244-015-689 AKI JAYA,angka ritual AKI JAYA meman selalu tepat dan terbukti..silahkan anda buktikan sendiri. 2D 3D 4D 5D 6D
WhatsApp 085 244 015 689
Terimakasih banyak AKI karna melalui jalan togel ini saya sekarang sudah bisa melunasi semua hutang2 orang tua saya bahkan saya juga sudah punya warung makan sendiri hi itu semua berkat bantuan AKI JAYA yang telah membarikan angka 4D nya menang 275 jt kepada saya dan ALHAMDULILLAH berhasil,kini saya sangat bangga pada diri saya sendiri karna melalui jalan togel ini saya sudah bisa membahagiakan orang tua saya..jika anda ingin sukses seperti saya hubungi no hp O85-244-015-689 AKI JAYA,angka ritual AKI JAYA meman selalu tepat dan terbukti..silahkan anda buktikan sendiri. 2D 3D 4D 5D 6D