Rabu, 13 Januari 2016

Byzantium (Romawi Timur)

Kekaisaran Romawi Timur adalah istilah yang digunakan oleh sejarawan modern untuk menyebut bagian Kekaisaran Romawi yang didominasi penutur bahasa Yunani dan berpusat di Konstantinopel pada masa Antikuitas Akhir dan Abad Pertengahan dari negaranya yang lebih awal pada masa Klasik.[1] Kekaisaran ini juga disebut Kekaisaran Bizantium terutama dalam konteksAbad Pertengahan setelah keruntuhan Kekaisaran Romawi Barat. Penduduk dan negara-negara tetangganya menyebut kekaisaran ini sebagai Kekaisaran Romawi saja (bahasa YunaniΒασιλεία ῬωμαίωνBasileia Rhōmaiōn;[2] bahasa Latin:Imperium Romanum) atau Romania (Ῥωμανία).[3] Setelah Kekaisaran Romawi Barat mengalami perpecahan dan keruntuhanpada abad ke-5, bagian timurnya masih terus berkembang, bertahan hingga kira-kira seribu tahun lagi sampai akhirnya ditaklukan oleh Turk Utsmaniyah pada 1453. Selama sebagian besar masa keberadaannya, negara ini merupakan kekuatan ekonomi, budaya, dan militer yang paling berpengaruh di Eropa.
Karena pembedaan antara "Romawi (Timur)" dan "Bizantium" baru ada pada masa modern, sulit menetapkan tanggal pasti untuk peralihannya. Akan tetapi, ada beberapa peristiwa penting sejak abad ke-4 hingga ke-6 yang menandai periode peralihan ketika bagian barat dan timur Kekaisaran Romawi mengalami pemisahan. Pada tahun 285, Kaisar Diocletianus (berkuasa. 284–305) membagi pemerintahan Kekaisaran Romawi menjadi empat paruh timur dan barat.[4] Antara tahun 324 dan 330, KaisarKonstantinus I (berkuasa 306–337) memindahkan ibukota utama dari Roma ke Bizantium, di sisi Eropa dari Bosporus. Bizantium diganti namanya diganti Konstantinopel ("Kota Konstantinus") atau disebut juga Nova Roma ("Roma Baru").[n 1] Di bawah kaisarTheodosius II (berkuasa 379-395), Kristen menjadi agama negara resmi kekaisaran sedangkan agama lainnya seperti politeisme Romawi dilarang. Periode akhir peralihan dimulai pada akhir pemerintahan Kaisar Heraclius (berkuasa 610–641) ketika dia sepenuhnya mengubah kekaisaran dengan mereformasi pasukan dan pemerintahan dengan memperkenalkan sistem thema dan mengganti bahasa resmi kekaisaran dari bahasa Latin menjadi bahasa Yunani.[6]
Peralihan ini juga dipermudah oleh fakta bahwa pada masa Heraclius dan para penerus terdekatnya, banyak wilayah non-Yunani di Timur Tengah dan Afrika Utara yang telah direbut oleh Kekhalifahan Arab yang sedang berkembang, dan Kekaisaran Bizantium hanya meliputi wilayah yang sebagian besar dihuni oleh penutur bahasa Yunani. Maka dari itu pada masa kini Bizantium dibedakan dari peradaban Romawi kuno berdasarkan kebudayaannya yang lebih mengarah pada kebudayaan Yunani alih-alih Latin, dan ditandai oleh Kristen Ortodoks sebagai agama negara setelah tahun 380, dan bukannya politeisme Romawiataupun Katolik,[3] serta lebih banyak ditinggali oleh penutur bahasa Yunani alih-alih penutur bahasa Latin.
Negeri ini pernah menjadi negara terkuat di Eropa, meskipun terus mengalami kemunduran, terutama pada masa Peperangan Romawi-Persia dan Romawi Timur-Arab. Kekaisaran ini direstorasi pada masa Dinasti Makedonia, bangkit sebagai kekuatan besar di Mediterania Timur pada akhir abad ke-10, dan mampu menyaingi Kekhalifahan Fatimiyah. Setelah tahun 1071, sebagian besar Asia Kecil direbut oleh Turki SeljukRestorasi Komnenos berhasil memperkuat dominasi pada abad ke-12, tetapi setelah kematian Andronikos I Komnenos dan berakhirnya Dinasti Komnenos pada akhir abad ke-12, kekaisaran kembali mengalami kemunduran. Romawi Timur semakin terguncang pada masa Perang Salib Keempat tahun 1204, ketika kekaisaran ini dibubarkan secara paksa dan dipisah menjadi kerajaan-kerajaan Yunani dan Latin Bizantium yang saling berseteru.
Kekaisaran berhasil didirikan kembali di bawah pimpinan kaisar-kaisar Palaiologos setelah pasukan Yunani Bizantium dari Nikaia berhasil merebut kembali Konstantinopel pada 1261. Akan tetapi perang saudara pada abad ke-14, ditambah dengan direbutnya perdagangan oleh republik-republik bahari Italia, terus melemahkan kekuatan kekaisaran. Sisa wilayahnya dicaplok olehKesultanan Utsmaniyah dalam Peperangan Romawi Timur-Utsmaniyah. Akhirnya, Konstantinopel berhasil direbut oleh Utsmaniyah pada tanggal 29 Mei 1453, menandai berakhirnya Kekaisaran Romawi Timur, meskipun beberapa monarki Yunani tetap menguasai sejumlah wilayah bekas milik Kekaisaran Bizantium selama beberapa tahun, hingga takluknya Mystras pada 1460, Trebizond pada 1461, dan Monemvasia pada 1473.
Sejarah awal Kekaisaran Romawi
Pasukan Romawi ketika itu telah berhasil menguasai daerah luas yang melingkupi seluruh wilayah Mediterania dan sebagian besarEropa Timur. Wilayah-wilayah ini terdiri dari berbagai kelompok budaya, baik yang masih primitif maupun yang telah memiliki peradaban maju. Secara umum, provinsi-provinsi di wilayah Mediterania timur lebih makmur dan maju karena telah mengalami perkembangan pesat pada masa Kekaisaran Makedonia serta telah mengalami proses hellenisasi. Sementara itu, provinsi di wilayah Barat kebanyakan hanya berupa pedesaan yang tertinggal. Perbedaan antara kedua wilayah ini bertahan lama dan menjadi penting pada tahun-tahun berikutnya.[22]
Pemisahan Kekaisaran Romawi
Pada tahun 293, Diokletianus menciptakan sistem administratif yang baru (tetrarki)[23] sebagai institusi yang dimaksudkan untuk mengefisienkan kontrol Kekaisaran Romawi yang luas. Ia membagi Kekaisaran menjadi dua bagian, dengan dua kaisar memerintah dari Italia dan Yunani, masing-masing memiliki wakil-kaisar. Setelah masa kekuasaan Diokletianus dan Maximianus berakhir, tetrarki runtuh, dan Konstantinus I menggantinya dengan prinsip penggantian turun temurun.[24]
Resentralisasi
Konstantinus memindahkan pusat kekaisaran, dan membawa perubahan-perubahan penting pada konstitusi sipil dan religius.[25] Pada tahun 330, ia mendirikan Konstantinopel sebagai Roma kedua di Byzantium. Posisi kota tersebut strategis dalam perdagangan antara Timur dan Barat. Sang kaisar memperkenalkan koin (solidus emas) yang bernilai tinggi dan stabil,[26] serta and mengubah struktur angkatan bersenjata. Di bawah Konstantinus, kekuatan militer kekaisaran kembali pulih. Periode kestabilan dan kesejahteraan pun dapat dinikmati.
Di bawah Konstantinus, Kekristenan tidak menjadi agama eksklusif negara, tetapi didukung oleh kekaisaran, apalagi sang kaisar mendukungnya dengan hak-hak yang berlimpah. Sang kaisar memperkenalkan prinsip bahwa kaisar tidak perlu menyelesaikan pertanyaan doktrin, tetapi perlu memanggil dewan-dewan kegerejaan untuk tujuan itu. Sinode Arles dihimpunkan oleh Konstantinus, danKonsili Nicea Pertama memamerkan klaimnya untuk menjadi kepala gereja.[28]
Keadaan kekaisaran tahun 395 dapat dikatakan sebagai hasil kerja Konstantinus. Prinsip dinasti diterapkan dengan tegas sehingga kaisar yang meninggal pada masa itu, Theodosius I, dapat mewariskan kekaisaran pada anak-anaknya: Arcadius di Barat dan Honorius di Timur. Theodosius merupakan kaisar terakhir yang menguasai seluruh Romawi Barat dan Timur.[29]
Kekaisaran Timur terhindar dari kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh Barat pada abad ketiga dan keempat, karena Timur memiliki budaya urban yang lebih mapan dan sumber daya finansial yang lebih kuat, sehingga mampu menghentikan penyerang dengan upetidan menyewa tentara-tentara bayaran. Theodosius II memperkuat tembok Konstantinopel, sehingga kota tersebut aman dari serangan-serangan; tembok tersebut tidak dapat ditembus hingga tahun 1204. Untuk mengusir orang-orang Hun yang berada di bawah pimpinanAttila, Theodosius memberi mereka subsidi (konon 300 kg (700 lb) emas).[30] Ia juga mendukung pedagang Konstantinopel yang berdagang dengan orang Hun dan bangsa lainnya. Peningkatan ekonomi Bizantium memungkinkan Theodosius untuk melakukan kodifikasi hukum Romawi.
Penerusnya, Marcianus, menolak melanjutkan membayar upeti ini. Beruntungnya, Attila telah mengalihkan perhatiannya pada Kekaisaran Romawi Barat.[31] Setelah kematiannya tahun 453, negeri Attila runtuh dan Konstantinopel membuka hubungan yang menguntungkan dengan orang-orang Hun yang tersisa. Mereka akhirnya bertempur sebagai tentara bayaran dalam angkatan bersenjata Romawi Timur.[32]
Keruntuhan Kekaisaran Romawi Barat
Setelah jatuhnya Attila, perdamaian dapat dinikmati di Romawi Timur, sementara Romawi Barat runtuh (keruntuhannya tercatat pada tahun 476, ketika jenderal Romawi Jermanik Odoacer menjatuhkan kaisar Romulus Augustulus).
Untuk merebut kembali Italia, kaisar Zeno hanya bisa bernegosiasi dengan Ostrogoth yang telah menetap di Moesia. Ia mengirim raja Ostrogoth Theodoric ke Italia sebagai magister militum per Italiam ("kepala komando untuk Italia"). Setelah berhasil menjatuhkan Odoacer pada tahun 493, Theodoric menguasai Italia.[29]
Pada tahun 491, Anastasius I menjadi kaisar, tapi baru pada 497 pasukan kaisar yang baru secara efektif memperhitungkanperlawanan Isauria.[33] Anastasius adalah seorang reformis energetik dan administrator yang cakap. Anastasius menyempurnakan sistem koin Konstantinus I dengan mengatur bobot follis perunggu, koin yang banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari.[34] Ia juga mengubah sistem perpajakan, serta menghapuskan pajak chrysargyron yang tidak disukai. Ketika Anastasius meninggal dunia pada tahun 518, jumlah kas negara tercatat sebesar 320.000 lbs (145.150 kg) emas.[35]
Penaklukan kembali Romawi Barat
Yustinianus I, yang naik takhta pada tahun 527, melancarkan penaklukan kembali Romawi Barat.[36] Pada tahun 532, putra petani Illyria itumenandatangani perjanjian damai dengan Khosrau I dari Persia. Meskipun harus membayar upeti tahunan yang besar, front timur Bizantium menjadi aman. Pada tahun yang sama, Yustinianus selamat dari kerusuhan Nika di Konstantinopel, yang berakhir dengan kematian tiga puluh ribu perusuh. Kemenangan ini memperkuat posisi Yustinianus.[37] Paus Agapetus I dikirim ke Konstantinopel oleh raja Ostrogoth Theodahad, tetapi gagal mencapai kesepakatan perdamaian dengan Yustinianus. Akan tetapi, ia berhasil membuat monofisitisme dicela.
Penaklukan kembali Romawi Barat dimulai pada tahun 533. Yustinianus mengirim jenderalnya Belisarius dan 15.000 tentara untuk merebut kembali provinsi Afrika dari suku Vandal yang telah berkuasa semenjak tahun 429.[38] Kerajaan Vandal berhasil ditundukkan.[37] Sementara itu, diItalia Ostrogoth, raja Athalaric meninggal pada 2 Oktober 534. Ibunya, Amalasuntha, dipenjarakan dan dibunuh oleh Theodahad di pulau Martana. Yustinianus melihatnya sebagai kesempatan untuk melakukan intervensi. Pada tahun 535, tentara Romawi Timur dikirim ke Sisilia. Kemenangan berhasil digapai, tetapi Ostrogoth memperkuat perlawanan mereka. Kemenangan baru benar-benar dicapai pada tahun 540, ketika Belisarius merebut Ravenna.[39]
Pada 535–536, Theodahad mengirim Paus Agapetus I ke Konstantinopel untuk meminta dipindahkannya pasukan Bizantium dari Sisilia, Dalmatia, dan Italia. Meskipun Agapetus gagal dalam misinya untuk menyepakati perjanjian damai dengan Justinianus, tapi ia berhasil mendorong Patriark Anthimus I dari Konstantinopel yang Monofisituntuk mundur, meskipun didukung dan dilindungi oleh maharani Theodora.[40]
Sayangnya, Ostrogoth berhasil disatukan kembali di bawah pimpinan Totila dan merebut Roma pada 17 Desember 546. Belisarius ditarik oleh Yustinianus pada awal tahun 549.[41] Kasim Narses menggantikannya pada akhir tahun 551 dengan membawa tentara sejumlah 35.000. Totila berhasil dikalahkan dan tewas dalam Pertempuran Busta Gallorum. Penerusnya, Teia, berhasil ditaklukan dalamPertempuran Mons Lactarius (Oktober 552). Selanjutnya, suku Goth masih terus melawan. Suku Franka dan Alamanni pun melancarkan invasi mereka. Meskipun begitu, perang untuk menguasai semenanjung Italia telah berakhir dengan kemenangan Romawi Timur.[42]
Pada tahun 551, bangsawan Visigoth di HispaniaAthanagild, memohon bantuan Yustinianus dalam pemberontakan melawan raja. Sang kaisar mengirim tentara di bawah pimpinan Liberius. Kekaisaran Romawi Timur berhasil menguasai sepotong wilayah di pantai Spania hingga masa kekuasaan Heraklius.[43]
Sementara itu, di timur, Peperangan Romawi-Persia berkecamuk hingga tahun 561, ketika Yustinianus dan Khosrau menyetujui perdamaian selama 50 tahun. Pada pertengahan tahun 550, Yustinianus telah mencapai kemenangan dalam semua peperangan, dengan pengecualian di Balkan, ketika kekaisaran terus menerus diserang oleh bangsa Slavia. Pada tahun 559, kekaisaran diancam oleh Kutrigur dan Sklavinoi. Yustinianus memanggil Belisarius, dan begitu bahaya telah sirna, sang kaisar mengambil alih kekuasaan sendiri. Berita bahwa Yustinianus memperkuat armada Donaunya membuat Kutrigur cemas, sehingga mereka setuju dengan traktat yang memberi mereka subsidi dan memperbolehkan mereka pulang dengan aman melewati sungai Donau.[37]
Yustinianus juga terkenal karena pencapaiannya dalam bidang hukum.[44] Pada tahun 529, komisi berjumlah sepuluh orang yang dikepalai oleh Iohannis Orientalis merevisi undang-undang Romawi kuno. Seluruh "undang-undang Yustinianus" saat ini dikenal dengan nama Corpus Juris Civilis.
Selama abad ke-6, budaya Yunani-Romawi masih berpengaruh kuat di Timur. Filsafat dan budaya Kristen menjadi semakin penting dan mulai mendominasi budaya lama. Himne-himne yang Romanus Melodus menandai pengembangan Liturgi Suci. Aristek-arsitek dan pembangun bekerja keras untuk menyelesaikan gereja baru Kebijaksanaan SuciHagia Sophia yang menggantikan gereja lama yang hancur akibat kerusuhan Nika. Selama abad keenam dan ketujuh, kekaisaran diguncang oleh wabah pes, yang membinasakan banyak jiwa, serta mengakibatkan kemunduran ekonomi dan pelemahan kekaisaran.[45]
Setelah Yustinianus mangkat pada tahun 565, penggantinya, Yustinus II, menolak membayar upeti untuk Persia. Sementara itu, suku Langobardi menyerbu Italia. Pengganti Yustinus, Tiberius II, memberi subsidi kepada suku Avar, sementara melancarkan serangan terhadap Persia. Subsidi gagal menenangkan suku Avar. Mereka merebut bentengSirmium tahun 582, sementara bangsa Slavia mulai menyeberangi sungai Donau. Maurice, yang menggantikan Tiberius, turut campur dalam perang saudara Persia, serta menempatkan Khosrau II kembali ke takhta dan menikahkan putrinya dengannya. Traktat Maurice dengan ipar barunya membawa status quo baru di timur, dan mengurangi biaya pertahanan selama perdamaian ini (jutaan solidi berhasil diselamatkan berkat remisi upeti untuk Persia). Setelah kemenangannya di front timur, Maurice dapat mengalihkan perhatiannya ke Balkan, dan pada tahun 602, ia berhasil mengusir suku Avar dan Slavia.[29]
Menyusutnya perbatasan
Setelah Maurice dibunuh oleh Phocas, Khosrau mencoba menaklukan provinsi Mesopotamia Romawi.[46] Phocas, seorang pemimpin tak populer yang dideskripsikan sebagai "tiran" dalam sumber-sumber Romawi Timur, merupakan target konspirasi-konspirasi senat. Ia dijatuhkan pada tahun 610 oleh Heraklius.[47] Setelah Heraklius berkuasa, tentara Persia terus mendesak hingga memasuki Asia Kecil. Mereka menduduki Damaskus dan Yerusalem, serta memindahkan Salib Sejati ke Ctesiphon.[48] Heraklius melancarkan serangan balasan dengan ciri perang suci. Tentara Romawi Timur berperang dengan membawa citra acheiropoietos Kristus sebagai panji militer[49] (serupa dengan ini, ketika Konstantinopel selamat dari kepungan Avar pda 626, kemenangan itu dianggap sebagai anugerah dari ikon Perawan yang diarak dalam prosesi oleh Patriark Sergius di dekat dinding kota.[50]). Tentara Persia berhasil dihancurkan dalam pertempuran di Ninewe tahun 627. Pada tahun 629, Heraklius mengembalikan Salib Sejati ke Yerusalem dalam upacara yang penuh keagungan.[51] Perang ini melemahkan Romawi Timur dan Sassaniyah Persia, serta membuat keduanya rentan terhadap serangan Muslim Arab yang sedang bangkit pada masa itu.[52] Tentara Arab berhasil menghancurkan tentara Romawi Timur dalam Pertempuran Yarmuk tahun 636, dan Ctesiphon jatuh pada tahun 634.[53]
Tentara Arab, yang telah menaklukan Suriah dan Levant, terus menerus menyerang Anatolia, dan antara tahun 674 hingga 678 mengepung Konstantinopel. Armada Arab berhasil diusir dengan menggunakan api Yunani dan gencatan senjata selama tiga puluh tahun disetujui antara kekaisaran dengan Kekhalifahan Umayyah.[54] Serangan terhadap Anatolia terus berlanjut dan mempercepat matinya budaya urban klasik. Penduduk-penduduk banyak yang membentengi kembali wilayah-wilayah yang lebih kecil dalam benteng kota lama, atau pindah ke benteng-benteng terdekat.[55] Besar Konstantinopel sendiri juga menyusut, dari 500.000 penduduk menjadi hanya 40.000-70.000 saja, yang disebabkan karena Konstantinopel kehilangan sumber gandum pada tahun 618 ketika Mesir direbut oleh Persia (provinsi ini dapat direbut kembali tahun 629, tetapi akhirnya dikuasai oleh Arab pada tahun 642).[56]
Penarikan tentara di Balkan untuk bertempur melawan Persia dan Arab di timur telah membuka pintu bagi perluasan wilayah bangsa Slavia. Akibatnya, seperti di Anatolia, banyak kota menyusut menjadi permukiman terbenteng yang kecil.[57] Pada tahun 670-an, bangsa Bulgaria didesak ke selatan sungai Donau oleh bangsa Khazar. Tentara Romawi Timur yang dikirim untuk membubarkan permukiman-permukiman baru ini dikalahkan pada tahun 680. Konstantinus IVlalu menandatangani perjanjian dengan khan Bulgaria Asparukh, dan negara Bulgaria baru memperoleh kedaulatan atas beberapa suku-suku Slavia yang sebelumnya mengakui kekuasaan Romawi Timur.[58] Pada tahun 687–688, kaisar Yustinianus II memimpin ekspedisi melawan Slavia dan Bulgaria yang cukup berhasil.[59]
Kaisar Heraklius terakhir, Yustinianus II, mencoba menghancurkan kekuatan aristokrasi perkotaan melalui perpajakan dan penunjukkan "orang luar" dalam jabatan-jabatan administratif. Ia dijatuhkan pada tahun 695, dan berlindung ke bangsa Khazar, lalu Bulgaria. Pada tahun 705, Yustinianus II kembali ke Konstantinopel bersama tentara khan Bulgaria, Tervel. Ia merebut kembali takhta, dan mendirikan rezim teror bagi musuh-musuhnya. Yustinianus II dijatuhkan kembali pada tahun 711, sehingga berakhirlah Dinasti Heraklius.[60]
Dinasti Isauria hingga masa saat Basil I naik takhta
Leo III berhasil mengusir serangan Muslim tahun 718, dan menggapai kemenangan dengan bantuan dari khan Bulgaria, Tervel, yang berhasil membunuh 32.000 pasukan Arab dengan tentaranya. Penerusnya, Konstantinus V, mencapai kemenangan di Suriah utara, dan melemahkan kekuatan Bulgaria.[61]
Pada tahun 826, dengan memanfaatkan melemahnya Kekaisaran akibat Pemberontakan Thomas Orang Slav pada awal 820-an, Arab merebut Kreta dan menyerang Sisilia, tetapi pada 3 September 863, jenderal Petronas berhasil menggapai kemenangan besar dalam pertempuran melawan Umar al-Aqtaemir Melitene. Di bawah kepemimpinan kaisar Bulgaria Krum, ancaman Bulgaria muncul kembali, tetapi pada tahun 814, putra Krum, Omortagberdamaidengan Kekaisaran Romawi Timur.[62][63]
Abad kedelapan dan kesembilan kental dengan kontroversi dan perpecahan religius akibat ikonoklasme. Ikon-ikon dilarang oleh Leo III dan Konstantinus V, yang mengakibatkan pemberontakan yang dilancarkan oleh ikonodul (pendukung ikon) di seluruh kekaisaran. Atas upaya Maharani IreneKonsili Nicea Kedua dihimpunkan tahun 787, dan menegaskan bahwa ikon dapat dihormati tetapi tidak disembah. Pada tahun 813, Leo V menetapkan kembali kebijakan ikonoklasme, namun Maharani Theodora memulihkan pemujaan ikon dengan bantuan Patriark Methodios pada tahun 843.[64] Ikonoklasme memperlebar jurang perpecahan antara Timur dan Barat, yang semakin memburuk pada masa skisma Photios, ketika Paus Nikolas I menentang pengangkatan Photios sebagai patriark.[65]
Dinasti Makedonia dan kebangkitan
Ada upaya sadar untuk memulihkan kejayaan seperti pada masa sebelum invasi Slav dan Arab, dan era Makedonia sering disebut sebagai "Masa Kejayaan" Bizantium.[66]
Peperangan melawan Muslim
Pada tahun 867, Romawi Timur telah menstabilkan kembali posisinya di timur dan barat. Berkat efisiensi pada struktur militer, kaisar mampu merencanakan perang penaklukan kembali di timur.
Proses penaklukan kembali dimulai dengan hasil yang tak tetap. Kreta berhasil ditaklukan untuk sementara (843), tetapi selanjutnya tentara Romawi Timur mengalami kekalahan di Bosporus, sementara kaisar tak mampu mencegah penaklukan Muslim di Sisilia (827–902). Dengan menggunakan Tunisia sebagai batu loncatan, tentara Muslim menaklukan Palermo tahun 831, Messina tahun 842, Enna tahun 859, Siracusa tahun 878, Catania tahun 900, dan benteng Romawi Timur terakhir, Taormina, tahun 902.
Kekurangan tersebut segera diseimbangkan melalui keberhasilan ekspedisi terhadap Damietta di Mesir (856), dikalahkannya Emir Melitene (863), pemastian kekuasaan kekaisaran di Dalmatia (867), dan serangan Basil I terhadap Efrat (870s). Basil I mampu menangani situasi di Italia selatan dengan baik,[67] sehingga provinsi tersebut akan tetap berada di tangan Romawi Timur selama 200 tahun berikutnya.[68]
Di bawah putra sekaligus penerus Mikhael, yaitu Leo VI Yang Bijak, perebutan wilayah di timur terhadap Kekhalifahan Abbasiyah terus berlanjut. Akan tetapi, Sisilia direbut Arab pada 902, dan pada tahun 904, bencana melanda kekaisaran ketika kota keduanya,Thessaloniki, dijarah oleh armada Arab yang dipimpin oleh pengkhianat Romawi Timur Leo dari Tripoli. Tentara Romawi Timur membalas dengan menghancurkan armada Arab tahun 908, serta menjarah kota Laodicea di Suriah dua tahun kemudian. Meskipun pembalasan telah dilakukan, Romawi Timur tak mampu mengguncang Muslim, yang telah menghancurkan tentara kekaisaran di Kreta tahun 911.[69]
Situasi di perbatasan dengan Arab tetap cair. Varangia, yang menyerang Konstantinopel untuk pertama kalinya pada tahun 860, menjadi tantangan baru. Pada tahun 941, mereka muncul di pantai Bosporus bagian Asia. Kali ini mereka berhasil dihancurkan, menunjukkan menguatnya kekuatan militer Romawi Timur setelah tahun 907, ketika hanya diplomasi yang mampu mengusir penyerang-penyerang tersebut.
Meninggalnya tsar Bulgaria Simeon I pada 927 amat melemahkan Bulgaria sehingga Bizantium dapat berfokus di front timur.[70] Melitene direbut secara permanen pada 934, dan pada 945 jenderal terkenal Yohanes Kourkouas meneruskan serangan ke Mesopotamia dengan beberapa keberhasilan, yang berpuncak pada penaklukan kembali Edessa. Kemenangan ini dirayakan dengan dikembalikannya Mandylion, relik dengan gambar yang dipercaya sebagai wajah Kristus, yang diagungkan ke Konstantinopel.[71]
Kaisar Nikephoros II Phokas (berkuasa 963–969) dan Ioannes I Tzimiskes (969–976) memperluas wilayah kekaisaran hingga Suriah, menundukkan emir-emir di Irak barat laut, serta menaklukan kembali Kreta dan Siprus. Pada pemerintahan Ioannes, tentara kekaisaran sempat mengancam Yerusalem.[72] Emirat Aleppo dan tetangga-tetangganya menjadi vassal kekaisaran. Setelah banyak melancarkan kampanye militer, ancaman Arab terakhir bagi Romawi Timur berhasil ditaklukan ketika Basil II dengan cepat menarik 40.000 tentara berkuda untuk membebaskan Suriah Romawi. Dengan surplus sumber daya alam, Basil II merencanakan ekspedisi ke Sisilia untuk merebutnya dari bangsa Arab. Setelah kematiannya tahun 1025, ekspedisi berangkat pada tahun 1040-an, dan berhasil menggapai keberhasilan awal, tetapi keberhasilan itu selanjutnya terhambat.
Peperangan melawan Kekaisaran Bulgaria
Pergumulan lama dengan Takhta Suci berlanjut; kali ini diakibatkan oleh perebutan kekuasaan religius atas Bulgaria yang baru dikristenkan. Akibatnya, Tsar Simeon I melancarkan invasi pada tahun 894, tetapi berhasil dihentikan melalui diplomasi Romawi Timur, yang memohon bantuan dari bangsa Hongaria. Romawi Timur akhirnya dikalahkan dalam Pertempuran Bulgarophygon (896) dan diharuskan membayar upeti kepada bangsa Bulgaria. Selanjutnya (912), Simeon berhasil memaksa Romawi Timur menganugerahinya takhta basileus (kaisar) Bulgaria dan membuat Kaisar Konstantinus VII menikahi salah satu putri Simeon. Ketika pemberontakan di Konstantinopel menghambat upaya ini, Simeon menyerang Trakia dan menaklukan Adrianopel.[73]
Ekspedisi kekaisaran di bawah pimpinan Leo Phocas dan Romanos Lekapenos mengalami kekalahan besar dalam Pertempuran Acheloos (917), dan pada tahun berikutnya Bulgaria memasuki dan merampok Yunani utara hingga sejauh Korintus. Adrianopel berhasil direbut kembali pada tahun 923, tetapi pada tahun 924 tentara Bulgaria mengepung Konstantinopel. Situasi di Balkan membaik setelah kematian Simeon tahun 927. Pada tahun 968, Bulgaria diserbu oleh Rus' di bawah pimpinan Sviatoslav I dari Kiev. Tiga tahun kemudian, Kaisar Ioannes I Tzimiskes berhasilmengalahkan bangsa Rus' dan memasukkan wilayah Bulgaria timur ke dalam kekaisaran
Perlawanan Bulgaria berkecamuk pada masa dinasti Cometopuli. Kaisar baru Basil II(berkuasa 976–1025) berupaya menundukkan bangsa Bulgaria. Ekspedisi pertama Basil mengalami kegagalan di Gerbang Trajanus. Pada tahun-tahun berikutnya, kaisar sibuk dengan pemberontakan internal di Anatolia, sementara Bulgaria memperluas kekuasaan mereka di Balkan. Perang berlarut selama hampir dua puluh tahun. Kemenangan Romawi Timur di Spercheios dan Skopje berhasil melemahkan tentara Bulgaria. Dalam kampanye militer tahunannya, Basil terus mengurangi jumlah benteng Bulgaria. Akhirnya, dalamPertempuran Kleidion tahun 1014, Bulgaria berhasil dikalahkan.[74] Tentara Bulgaria ditangkap, dan konon 99 dari 100 tentara dibutakan, sementara sisanya diberi satu mata untuk memimpin teman sebangsanya pulang. Ketika Tsar Samuilmenyaksikan nasib tentaranya, ia meninggal akibat syok. Pada tahun 1018, benteng Bulgaria terakhir telah menyerah, dan negara mereka menjadi bagian dari Romawi Timur. Kemenangan ini merestorasi perbatasan Donau, yang tidak dikuasai semenjak masa kaisar Heraklius.[73]
Hubungan dengan Rus' Kiev
Antara tahun 850 hingga 1100, kekaisaran membina hubungan dengan Rus' Kiev. Hubungan ini memberikan dampak yang panjang terhadap sejarah bangsa Slav Timur, dan Romawi Timur dengan cepat menjadi mitra budaya dan perdagangan mereka. Akan tetapi hubungan antara kedua pihak ini tidak selalu hangat. Konflik paling serius antara kedua negara adalah perang 968–971 di Bulgaria. Serangan-serangan Rus'terhadap kota-kota Romawi Timur di pantai Laut Hitam dan Konstantinopel juga tercatat dalam sejarah. Meskipun serangan-serangan tersebut dapat dihalau, serangan itu berakhir dengan traktat perdagangan yang menguntungkan Rus'.
Hubungan Rus'-Romawi Timur membaik setelah pernikahan Anna Porphyrogenita dengan Vladimir yang Agung. Berkat Kristenisasi pula, hubungan kedua negara semakin manis. Pendeta, arsitek, dan artis Romawi Timur diundang untuk membantu pengerjaan katedral dan gereja di Rus', sehingga pengaruh budaya Romawi Timur semakin menyebar. Beberapa tentara Rus' menjadi tentara bayaran dalam angkatan bersenjata Romawi Timur, dengan yang paling terkenal adalah Penjaga Varangia.
Akan tetapi, bahkan setelah Kristenisas bansga Rus', hubungan dengan Bizantium tidak selalu baik. Konflik paling serius antara dua kekuatan ini adalah perang tahun 968–971 di Bulgaria, namun beberapa ekspedisi penyerbuan Rus' terhadap kota-kota Bizantium di pesisir Laut Hitam dan Konstantinopel sendiri juga pernah dilakukan. Meskipun sebagian besarnya berhasil dihalau, ekspedisi-ekspedisi itu seringkali diselesaikan dengan perjanjian damai yang biasanya lebih menguntungkan bangsa Rus', misalnya perjanjian pada akhir perang tahun 1043, yang mana ketika itu Rus' menunjukkan indikasi adanya ambisi untuk bersaing dengan Bizantium sebagai kekuatan yang mandiri.[75]
Puncak
Kekaisaran Romawi Timur membentang dari Armenia di timur hingga Calabria di barat.[73] Banyak keberhasilan telah digapai, dari penaklukan Bulgaria, aneksasi wilayah Georgia dan Armenia, hingga pemusnahan penyerang Mesir di luar Antiokhia. Kemenangan-kemenangan tersebut masih belum cukup; Basil mempertimbangkan untuk mengusir pendudukan Arab di Sisilia. Ia berencana menaklukan kembali pulau tersebut, tetapi kematian terlebih dahulu menuntut nyawanya tahun 1025.[73]
Leo VI mereformasi administrasi Kekaisaran, mengatur ulang perbatasan subdivisi administratif (Themata, atau "Thema") dan merapikan sistem pangkat serta hak istimewa, serta mengatur tindakan beragam serikat dagang di Konstantinopel. Reformasi Leo berperan besar dalam mengurangi bahaya perpecahan Kekaisaran.[76]
Periode ini juga meliputi peristiwa keagamaan yang penting. Kiril dan Methodius, dua bersaudara Yunani Bizantium dari Thessaloniki, berperan besar dalam Kristenisasi bangsa Slav.[77]
Krisis dan perpecahan
Romawi Timur segera terperosok dalam periode kesulitan, terutama diakibatkan oleh kerusakan sistem dan pengabaian militer. Nikephoros II (963–969), Ioannes Tzimiskes dan Basil II mengubah divisi militer (τάγματα, tagmata) dari angkatan bersenjata penduduk yang defensif menjadi tentara profesional yang banyak diisi oleh tentara bayaran. Akan tetapi, biaya yang harus dikeluarkan untuk menyewa tentara bayaran tidaklah sedikit. Sementara itu, ancaman invasi terus sirna pada abad kesepuluh, dan begitu pula kebutuhan garnisun dan perbentengan yang mahal.[78] Basil II mewarisi kas yang berkembang pada penerus-penerusnya, tapi lupa untuk merencanakan penerusnya. Tidak ada satupun penerusnya yang memiliki bakat politik atau militer, sehingga pemerintahan kekaisaran jatuh ke tangan pegawai negeri. Usaha untuk memulihkan ekonomi Romawi Timur hanya mengakibatkan inflasi dan menurunnya nilai koin emas. Angkatan bersenjata lalu dipandang sebagai kebutuhan yang tak penting dan ancaman politik. Maka dari itu, tentara asli dipecat dan digantikan oleh tentara bayaran asing.[79]
Pada masa yang sama, kekaisaran menghadapi musuh baru yang ambisius. Provinsi-provinsi Romawi Timur di Italia selatan diancam oleh bangsa Norman, yang datang ke Italia pada awal abad kesebelas. Selama periode perselisihan antara Konstantinopel dengan Roma yang berakhir dengan Skisma Timur-Barat tahun 1054, suku Norman mulai menyerbu Italia Bizantium.[80] Bari, pertahanan utama Bizantium di Apulia, dikepung pada Agustus 1068 dan ditaklukan pada April 1071.[81] Romawi Timur juga kehilangan pengaruh mereka atas kota-kota pantai di Dalmatia karena direbut Peter Krešimir IV dari Kroasia tahun 1069.[82]
Di Asia Kecil-lah bencana terbesar akan terjadi. Turki Seljuq melancarkan eksplorasi pertama mereka melintasi perbatasan Romawi Timur ke Armenia pada tahun 1065 dan 1067. Kedaruratan dibebankan pada aristokrasi militer di Anatolia yang pada tahun 1068 mengamankan pemilihan salah satu dari mereka sendiri, Romanos Diogenes, sebagai kaisar. Pada musim panas tahun 1071, Romanos melancarkan kampanye militer besar terhadap Seljuk. Pada Pertempuran Manzikert, Romanos tidak hanya menderita kekalahan di tangan Sultan Alp Arslan, tetapi juga ditangkap. Alp Arslan memperlakukannya dengan hormat, dan tidak mengenakan syarat-syarat keras pada Romawi Timur.[79] Sementara itu, di Konstantinopel, kudeta yang mendukung Michael Doukas berlangsung. Pada tahun 1081, Seljuk memperluas kekuasaan mereka di Anatolia. Wilayah mereka membentang dari Armenia di timur hingga Bithynia di barat. Ibukota Seljuk didirikan di Nicea, yang hanya terletak sejauh 55 mil (88 km) dari Konstantinopel.[83]
Dinasti Komnenos dan Tentara Salib
Alexios I dan Perang Salib Pertama
Setelah pertempuran Manzikert, berkat usaha dinasti Komnenos, pemulihan berhasil dilakukan.[84] Kaisar pertama dinasti ini adalah Isaakius I (1057–1059), dan yang kedua adalah Alexios I. Pada masa kekuasaannya, Alexios menghadai serangan Norman yang dipimpin oleh Robert Guiscard dan putranya Bohemund dari Taranto. Mereka merebut Dyrrhachium dan Corfu, serta mengepung Larissa di Thessaly. Kematian Robert Guiscard pada tahun 1085 meringankan masalah Norman untuk sementara. Sementara itu, Alexios berhasil mengalahkan Pecheneg dalamPertempuran Levounion pada tanggal 28 April 1091.[29]
Selepas mencapai kestabilan di Barat, Alexios dapat mengalihkan perhatiannya terhadap kesulitan ekonomi dan disintegrasi pertahanan lama kekaisaran.[85] Ia ingin merebut kembali wilayah yang lepas di Asia Kecil dan menghancurkan Seljuk, tetapi tidak mempunyai cukup tentara. Pada Konsili Piacenza tahun 1095, utusan Alexios berbicara kepada Paus Urbanus IImengenai penderitaan orang Kristen di Timur, dan menekankan bahwa tanpa bantuan dari Barat, mereka akan terus menderita akibat kekuasaan Muslim. Urban memandang permohonan Alexios sebagai kesempatan untuk memperkokoh Eropa Barat dan memperkuat kekuasaan kepausan.[86] Pada 27 November 1095, Paus Urbanus II menggelar Konsili Clermont dan menyerukan kepada semua yang hadir untuk mengangkat senjata di bawah tanda Salib dan melancarkan perang suci untuk merebut kembali Yerusalem dan Timur dari tangan Muslim.[29]
Alexios telah menantikan bantuan dalam bentuk tentara bayaran dari Barat, tetapi sama sekali tidak siap untuk menghadapi kekuatan besar yang akan melewati wilayah Romawi Timur. Alexios merasa tidak nyaman karena empat dari delapan pemimpin tentara salib utama adalah orang Norman, salah satunya Bohemund. Tentara Salib harus melewati Konstantinopel. Untungnya, kaisar berhasil menanganinya. Ia mengharuskan pemimpin-pemimpin perang salib bersumpah agar dalam perjalanan mereka menuju Tanah Suci, mereka harus menyerahkan wilayah atau kota yang mereka taklukan dari Turki kepada Romawi Timur. Sebagai gantinya, Alexios akan memberi mereka panduan, persediaan makanan, dan pengawalan militer.[87] Berkat sumpah itu, Alexios berhasil menguasai kembali kota-kota dan pulau-pulau penting, dan bahkan sebagian besar Asia Kecil barat. Sayangnya, tentara salib meyakini sumpah mereka sudah tidak berlaku ketika Alexios tidak membantu mereka dalam pengepungan Antiokhia (ia sebenarnya telah mempersiapkan jalan menuju Antiokhia, tetapi Stephen dari Blois meyakinkannya untuk mundur. Stephen meyakinkannya bahwa ekspedisi telah gagal).[88] Bohemund, yang menetapkan dirinya sebagai Pangeran Antiokhia, sempat berperang melawan Romawi Timur, tetapi akhirnya setuju untuk menjadi vassal Romawi Timur dalam Traktat Devol tahun 1108. Berkat traktat tersebut, ancaman Norman berhasil dipadamkan.[89]
Ioannes II, Manouel I, dan Perang Salib Kedua
Putra Alexios, Ioannes II Komnenos, menggantikannya tahun 1118, dan berkuasa hingga tahun 1143. Ioannes adalah seorang kaisar yang soleh dan berdedikasi, yang ingin memperbaiki kerusakan yang disebabkan oleh Pertempuran Manzikert.[90] Ia terkenal akan kesalehannya dan masa kekuasaannya yang lembut dan adil. Ioannes adalah contoh pemimpin bermoral, pada masa ketika kekejaman merupakan norma.[91] Maka, ia dijuluki sebagai Marcus Aurelius Bizantium.
Pada masa kekuasaannya, Ioannes bersekutu dengan Kekaisaran Romawi Suci di Barat, mengalahkan Pecheneg dalam Pertempuran Beroia,[92] serta memimpin kampanye militer terhadap Bangsa Turk di Asia Kecil. Kampanye militer Ioannes mengubah keseimbangan kekuatan di timur, memaksa Turki mengambil posisi defensif, serta merebut kembali kota-kota Romawi Timur di Anatolia.[93] Ia juga berhasil mengusir serangan Hongaria dan Serbia pada tahun 1120-an. Pada tahun 1130, Ioannes bersekutu dengan kaisar JermanLothair III. Mereka bersama-sama berperang melawan raja Norman, Roger II dari Sisilia.[94]
Pada masa akhir kekuasaannya, Ioannes memusatkan kegiatannya di Timur. Ia mengalahkan emirat Danishmend, menaklukan kembali seluruh Cilicia, dan memaksa Raymond dari PoitiersPangeran Antiokhia, untuk mengakui kekuasaan Romawi Timur. Dalam upaya untuk menunjukkan peran Romawi Timur sebagai pemimpin dalam dunia Kristen, Ioannes maju ke Tanah Suci. Harapannya pupus karena pengkhianatan sekutu tentara salibnya.[95] Pada tahun 1142, Ioannes kembali menekankan klaimnya terhadap Antiokhia, tetapi ia wafat pada tahun 1143 akibat insiden berburu. Raymond memberanikan diri menyerang Cilicia, tetapi gagal dan terpaksa pergi ke Konstantinopel untuk memohon belas kasihan kaisar yang baru.[96]
Manouel I Komnenos, putra keempat Ioannes, terpilih sebagai penerus takhta kekaisaran. Ia melancarkan kampanye militer terhadap tetangga-tetangganya di barat dan timur. Di Palestina, ia bersekutu dengan Kerajaan Yerusalem, dan mengirim armada besar untuk ikut serta dalam invasi ke Mesir Fatimiyyah. Manouel memperkuat posisinya sebagai maharaja negara-negara Tentara Salib. Hegemoninya terhadap Antiokhia dan Yerusalem dipastikan melalui persetujuan dengan Raynald, Pangeran Antiokhia, dan Amalric, Raja Yerusalem.[97]
Dalam upaya untuk merestorasi kekuasaan Romawi Timur di pelabuhan-pelabuhan Italia Selatan, Manouel mengirim ekspedisi ke Italia tahun 1155, tetapi sengketa dengan koalisi mengakibatkan kegagalan kampanye militer ini. Meskipun begitu, angkatan bersenjata Manouel berhasil menyerbu Kerajaan Hongaria tahun 1167. Tentara Hongaria dapat dikalahkan dalam Pertempuran Sirmium. Pada tahun 1168, hampir seluruh pantai Adriatik timur berada di tangan Manouel.[98] Manouel lalu bersekutu dengan Paus dan kerajaan-kerajaan Kristen Barat. Pada masa Perang Salib Kedua, tentara salib harus melewati wilayah Romawi Timur untuk mencapai tanah suci. Manouel membiarkan mereka lewat, dan memastikan tentara salib tidak menyebabkan kekacauan.[99]
Di timur, Manouel mengalami kekalahan dalam Pertempuran Myriokephalon tahun 1176. Akan tetapi, kekalahan itu segera diperbaiki. Pada tahun berikutnya, Manouel berhasil mengalahkan tentara Turki.[100] Komandan Romawi Timur Ioannes Vatatzes, yang menghancurkan penyerang Turki dalam Pertempuran Hyelion dan Leimocheir, tidak hanya membawa pasukan dari ibukota, tetapi juga berhasil mengumpulkan tentara dalam perjalanan. Hal ini merupakan tanda bahwa tentara Romawi Timur tetap kuat dan program pertahanan di Asia Kecil barat masih berhasil.[101]
Renaisans abad keduabelas
Ioannes dan Manouel menerapkan kebijakan militer aktif, dan memanfaatkan sumber daya yang ada untuk pertahanan kota atau pengepungan. Kebijakan perbentengan agresif merupakan jatung kebijakan militer mereka.[102] Meskipun mengalami kekalahan di Myriokephalon, kebijakan Alexios, Ioannes, dan Manouel, berhasil memperluas wilayah kekaisaran, mencapai kestabilan perbatasan di Asia Kecil, serta mengamankan perbatasan Eropa kekaisaran. Dari tahun 1081 hingga 1180, angkatan bersenjata Komnenos menjamin keamanan Romawi Timur, sehingga peradaban Romawi Timur memiliki kesempatan untuk berkembang.[103]
Provinsi-provinsi Barat mampu menggapai kebangkitan ekonomi. Selama abad keduabelas, jumlah penduduk dan tanah pertanian meningkat. Bukti arkeologi dari Eropa dan Asia Kecil menunjukkan perbesaran permukiman kota. Pada masa ini, perdagangan juga berkembang.[104]
Dalam bidang artistik, muncul kebangkitan dalam bidang mosaik. Sekolah-sekolah arsitektur regional mulai memproduksi banyak gaya baru yang berasal dari berbagai pengaruh budaya.[105] Selama abad keduabelas, model humanisme awal muncul sebagai renaisans ketertarikan terhadap penulis-penulis klasik.[106] Melalui Eustathios dari Thessalonika, humanisme Bizantium menemukan kembali ekspresi khasnya.[106] Dalam filsafat, ada kebangkitan pembelajaran klasik yang sudah terabaikan sejak abad ke-7, dicirikan dengan peningkatan signifikan dalam penerbitan ulasan karya-karya klasik.[107] Selain itu, selama periode Komnenos terjadi penyebaran pertama pengetahuan Yunani klasik ke barat.[108]
Kemunduran dan disintegrasi
Manouel wafat pada tanggal 24 September 1180. Ia digantikan oleh putranya yang masih berusia sebelas tahun, Alexios II Komnenos. Alexios II sangat tidak kompeten. Pemerintahannya kurang disukai karena latar belakang Franka ibunya, Maria dari Antiokhia.[109] Akhirnya, Andronikos I Komnenos, cucu Alexios I, mengobarkan pemberontakan melawan saudaranya dan berhasil menjatuhkannya dalam kudeta. Ia melangsungkan pawai di Konstantinopel pada Agustus 1182 dengan memanfaatkan kepopulerannya di angkatan bersenjata. Selanjutnya Andronikos menggalakkan pembantaian orang-orang Latin.[110] Setelah menghabisi musuh-musuhnya, ia menyatakan dirinya sebagai kaisar pada September 1183. Andronikos mencabut nyawa Alexios II dan merampas istri Alexios yang berusia 12 tahun, Agnes dari Perancis.[110]
Andronikos memulai pemerintahannya dengan baik. Reformasi pemerintahan yang dilancarkannya dipuji oleh sejarawan-sejarawan. Menurut George Ostrogorsky, Andronikos berdedikasi untuk membasmi korupsi sampai ke akar-akarnya. Di bawah kekuasaannya, penjualan jabatan dihentikan. Pemilihan pejabat didasarkan pada jasa, bukan karena pilih kasih. Pejabat-pejabat diberi upah yang layak sehingga praktik suap dapat dikurangi.[111] Aristokrat-aristokrat merasa geram dengannya. Sementara itu, perilaku Andronikos juga dipandang kurang baik. Penghukuman mati dan kekerasan kerap terjadi, sehingga masa kekuasaannya menjadi rezim teror.[112] Andronikos berupaya menghabisi aristokrasi. Perjuangan melawan aristokrasi berubah menjadi pembantaian, sementara kaisar melancarkan tindakan yang lebih kejam untuk menopang rezimnya.[111]
Meskipun mempunyai latar belakang militer, Andronikos tak mampu melawan Isaakius Komnenos dari SiprusBéla III dari Hongariayang mencaplok wilayah-wilayah Kroasia, dan Stefan Nemanja dari Serbia yang menyatakan kemerdekaan dari Romawi Timur. Keadaan semakin memburuk ketika William II dari Sisilia menyerang Romawi Timur dengan angkatan perang sejumlah 300 kapal dan 80.000 tentara pada tahun 1185.[113] Andronikos memobilisasi armada kecil yang berjumlah 100 kapal untuk melindungi ibukota. Penyerang-penyerang ini baru dapat diusir pada masa kekuasaan kaisar berikutnya, Isaakius Angelos.
Atas dukungan rakyat, Andronikos akhirnya dijatuhkan oleh Isaakius Angelos.[114] Kaisar yang telah dijatuhkan berusaha melarikan diri bersama istrinya, tetapi ditangkap. Isaakius menyerahkannya kepada massa selama tiga hari. Setelah beragam macam penyiksaan, Andronikos akhirnya tewas pada 12 September 1185. Ia adalah anggota Dinasti Komnenos terakhir yang menguasai Konstantinopel. Isaakius Angelos dari Dinasti Angeloi menggantikannya sebagai kaisar.
Pada masa kekuasaan Isaakius II, dan juga penerusnya Alexios III Angelos, pemerintahan dan pertahanan Romawi Timur mulai runtuh. Meskipun Norman berhasil diusir dari Yunani, pada tahun 1186 Vlach dan Bulgar melancarkan pemberontakan yang berujung kepada berdirinya Kekaisaran Bulgaria Kedua. Kebijakan dalam negeri Angeloi berciri pemborosan harta publik dan maladministrasi fiskal. Pemerintahan Romawi Timur terus melemah, dan kekosongan kekuasaan yang tumbuh di kekaisaran memicu perpecahan. Salah satu buktinya adalah saat beberapa penerus Komnenos mendirikan negara semi-independen di Trebizondsebelum tahun 1204.[115] Menurut Alexander Vasiliev, "dinasti Angeloi mempercepat keruntuhan kekaisaran."[116]
Perang Salib Keempat
Pada tahun 1198, Paus Innosensius III memulai pembicaraan mengenai perang salib baru melalui legatus dan surat-surat ensiklik.[117]Tujuan perang salib tersebut adalah untuk menaklukkan Mesir, yang merupakan pusat kekuatan Muslim di Levant. Tentara Salib yang tiba di Venesia pada musim panas 1202 jumlahnya lebih kecil daripada yang dinanti. Mereka juga tidak mempunyai dana yang cukup untuk menyewa armada Venesia. Sebagai ganti pembayaran, Tentara Salib setuju untuk membantu merebut pelabuhan (Kristen) Zara diDalmatia (kota vassal Venesia, tetapi memberontak dan dilindungi oleh Hongaria tahun 1186).[118] Zara berhasil direbut pada November 1202 setelah pengepungan singkat.[119] Innosensius, yang telah diberitahu mengenai rencana tersebut tetapi penentangannya diabaikan, tidak ingin membahayakan rencana Perang Salib, sehingga ia memberikan pengampunyan bersyarat kepada Tentara Salib, tetapi Venesia tidak mendapatkannya.[120]
Setelah Theobald III wafat, kepemimpinan Tentara Salib berganti tangan ke Bonifacius dari Montferrat, teman Philip dari Swabia. Baik Boniface maupun Philip telah menikah dengan anggota keluarga kekaisaran Romawi Timur. Ipar Philip, Alexios Angelos (putra dari KaisarIsaakius II Angelos, yang telah dijatuhkan dan dibutakan), memohon bantuan ke Eropa dan telah berhubungan dengan Tentara Salib. Alexios menawarkan penyatuan kembali gereja Romawi Timur dengan Roma, pembayaran 200.000 mark perak, dan bantuan-bantuan lainnya.[121] Innosensius mengetahui rencana untuk mengalihkan Perang Salib ke Konstantinopel dan melarang serangan terhadap kota tersebut, tetapi surat paus baru tiba setelah armada telah meninggalkan Zara.
Tentara Salib tiba di Konstantinopel pada musim panas tahun 1203. Alexios III melarikan diri dari ibukota. Alexios Angelos naik takhta sebagai Alexios IV bersama dengan ayahnya yang buta, Isaakius. Sayangnya, Alexios IV dan Isaakius II tak mampu menepati janji mereka dan dijatuhkan oleh Alexios V. Tentara Salib lalu merebut Konstantinopel pada 13 April 1204. Konstantinopel kemudian dijarah selama tiga hari. Banyak ikon, relik, dan objek-objek lainnya di Konstantinopel, diangkut ke Eropa Barat. Menurut Choniates,prostitusi didirikan di takhta patriark.[122] Saat Innosensius III mendengar perilaku Tentara Salib, ia hendak menghukum mereka, tetapi situasi sudah di luar kendali, terutama setelah legatusnya, yang atas inisiatifnya sendiri, membebaskan Tentara Salib dari tugas mereka untuk menaklukkan Tanah Suci.[73][120] Ketika pemerintahan telah direstorasi, Tentara Salib dan Venesia menetapkan persetujuan mereka: Baldwin dari Flandria dipilih sebagai kaisar dan Thomas Morosini dari Venesia ditunjuk sebagai patriark. Maka berdirilah Kekaisaran Latin di Konstantinopel. Sementara itu, pengungsi-pengungsi Romawi Timur mendirikan negara mereka sendiri, dengan yang paling penting adalahKekaisaran NiceaKekaisaran Trebizond, dan Kedespotan Epirus.[120]
Jatuhnya Romawi Timur
Kekaisaran dalam pembuangan
Setelah Tentara Salib menjarah Konstantinopel tahun 1204, dua negara Romawi Timur berdiri: Kekaisaran Nicea dan Kedespotan Epirus. Negara ketiga, Kekaisaran Trebizond, didirikan oleh Alexios I dari Trebizond beberapa minggu sebelum penjarahan Konstantinopel. Di antara tiga negara ini, Epirus dan Nicea merupakan negara yang paling mungkin merebut kembali Konstantinopel. Kekaisaran Nicea terus berjuang untuk tetap bertahan, dan pada pertengahan abad ke-13 telah kehilangan sebagian besar wilayahnya di Anatolia selatan.[123] Melemahnya Kesultanan Rûm akibat serangan bangsa Mongol tahun 1242–43 memungkinkan para beylik dan ghazi untuk mendirikan kepangeranan mereka sendiri di Anatolia, sehingga melemahkan kekuasaan Romawi Timur di Asia Kecil.[124] Akan tetapi, invasi Mongol juga memberi waktu bagi Nicea untuk mengalihkan perhatian pada Kekaisaran Latin.
Penaklukan kembali Konstantinopel
Kekaisaran Nicea, didirikan oleh dinasti Laskarid, berhasil merebut kembali Konstantinopel dari Latin tahun 1261. Selanjutnya, mereka juga berhasil mengalahkan Epirus. Maka Romawi Timur berhasil direstorasi di bawah pimpinanMichael VIII Palaiologos. Akan tetapi, kekaisaran yang terkoyak akibat perang kini rentan terhadap musuh-musuh disekitarnya. Untuk memperkuat tentaranya dalam peperangan melawan Kekaisaran Latin, Michael menarik pasukan dari Asia Kecil, dan memungut pajak yang tinggi dari petani, mengakibatkan kebencian.[125] Proyek pembangunan besar-besaran dilancarkan di Konstantinopel untuk memperbaiki kerusakan akibat Perang Salib Keempat, tetapi tidak satupun dari usaha ini menguntungkan petani di Asia Kecil, yang menderita akibat serangan ghazi-ghazi.
Michael memilih untuk memperluas wilayah kekaisaran daripada menjaga jajahannya di Asia Kecil. Untuk mencegah penjarahan lain, ia memaksa gereja tunduk kepada Roma, yang menjadi solusi sementara.[126] Selanjutnya, KaisarAndronikos II, lalu cucunya Kaisar Andronikos III, berupaya membangkitkan kembali kekaisaran, namun tentara bayaran yang disewa Andronikos II dari Magnas Societas Catalanorum seringkali menjadi bumerang.[127]
Bangkitnya Utsmaniyah dan jatuhnya Konstantinopel
Situasi semakin memburuk setelah Andronikos III wafat. Perang saudara selama enam tahun berkecamuk di kekaisaran, membuat penguasa Serbia Stefan IV Dushan (berkuasa 1331–1346) mampu menguasai sebagian besar sisa wilayah kekaisaran dan mendirikan "Kekaisaran Serbia" yang berumur pendek. Gempa bumi di Gallipoli tahun 1354 menghancurkan perbentengan, sehingga Utsmaniyah (yang disewa sebagai tentara bayaran selama perang saudara oleh Ioannes VI Kantakouzenos) dapat memperkuat posisinya di Eropa.[128] Saat perang saudara telah berakhir, Utsmaniyah telah mengalahkan Serbia dan menundukkan mereka sebagai vassal. Setelah Pertempuran Kosovo, sebagian besar Balkan telah didominasi oleh Utsmaniyah.[129]
Kaisar memohon bantuan dari barat, tetapi paus hanya akan mengirim bantuan jika Gereja Ortodoks Timur mau bersatu kembali dengan Takhta Suci. Penyatuan gereja telah dipertimbangkan, dan kadang-kadang dilakukan melalui dekret kekaisaran, tetapi penduduk dan klerus Ortodoks membenci otoritasRoma dan Ritus Latin.[130] Beberapa tentara Barat datang dan memperkuat pertahanan Konstantinopel, namun kebanyakan penguasa Barat, yang sibuk dengan urusannya masing-masing, tidak melakukan apapun saat Utsmaniyah mencaplok satu per satu sisa wilayah Romawi Timur.[131]
Pada tanggal 2 April 1453, Sultan Mehmed II dengan tentara berjumlah 80.000 mengepung Konstantinopel.[132] Konstantinopel akhirnya jatuh ke tangan Utsmaniyah pada tanggal 29 Mei 1453. Kaisar Romawi Timur terakhir, Konstantinus XI Palaiologos, terlihat melepas tanda kebesarannya dan melibatkan dirinya dalam pertempuran setelah tembok kota direbut.[133]
Pasca runtuhnya Romawi Timur
Setelah Konstantinopel jatuh, satu-satunya wilayah Kekaisaran Bizantium yang masih tersisa adalah Kedespotan Morea (Peloponnesos), yang dikuasai oleh Kaisar terakhir, Thomas Palaiologos dan Demetrios Palaiologos. Kedespotan ini terus bertahan sebagai negara merdeka dengan membayar upeti tahunan kepada Utsmaniyah. Pemerintahan yang tak kompeten, ketidakmampuan membayar upeti, dan pemberontakan melawan Utsmaniyah akhirnya membuat Mehmed II menginvasi Morea pada 1460. Demetrios meminta Utsmaniyah untuk menginvasi dan mengusir Thomas, hingga akhirnya Thomas melarikan diri. Utsmaniyah bergerak menyusuri Morea dan bisa dibilang berhasil menaklukan seluruh Morea pada musim panas. Demetrios mengira bahwa ia akan dijadikan penguasa Morea, namun wilayah ini kemudian dijadikan bagian dari Utsmaniyah.
Beberapa pertahanan terakhir mampu bertahan selama beberapa waktu. Pulau Monemvasia menolak menyerah dan awalnya diperintah oleh seorang bajak laut Katala. Ketika penduduknya mengusirnya, mereka memperoleh persetujuan Thomas untuk menempatkan mereka di bawah perlindungan Paus sebelum akhir 1460. Semenanjung Mani, di ujung selatan Morea, melakukan perlawanan bawah koalisi longgar para klan lokal dan kemudian wilayah itu dikuasai oleh Venesia. Pertahanan terakhir adalah Salmeniko, di barat laut Morea. Graitzas Palaiologos adalah komandan militer di sana, ditempatkan di Kastil Salmeniko. Ketika kota itu akhirnya menyerah, Graitzas dan garnisunnya serta beberapa penduduk kota bertahan di kastil hingga Juli 1461, ketika akhirnya mereka melarikan diri dan tiba di wilayah Venesia.[134]
Mehmed II menaklukkan negara-negara kecil di Mistra, Yunani, pada tahun 1460, dan Trebizond pada tahun 1461. Pada akhir abad ke-15, Kesultanan Utsmaniyah telah menguasai Asia Kecil dan sebagian Balkan. Ia dan para penerusnya terus menganggap diri mereka sebagai pewaris Kekaisaran Romawi hingga runtuhnya Kesultanan Utsmaniyah pada awal abad ke-20. Mereka beranggapan bahwa mereka hanya mengubah basis keagamaan di Bizantium seperti yang dahulu dilakukan oleh Constantinus. Sementara itu, Kepangeranan-kepangeranan Donau menerima pengungsi-pengsungsi Ortodoks dan bangsawan-bangsawan Romawi Timur.
Keponakan kaisar terakhir, Andreas Palaiologos, mewarisi gelar Kaisar Romawi Timur dan menggunakannya dari tahun 1465 hingga kematiannya tahun 1503.[18] Selanjutnya, peran kaisar sebagai pelindung Ortodoks Timur diklaim oleh Ivan IIIAdipati Agung Mokswa. Ia telah menikahi saudara Andreas, Sophia Paleologue. Cucunya, Ivan IV, akan menjadi Tsar Rusia yang pertama (tsar, atau czar, berarti caesar, adalah istilah yang dahulu digunakan bangsa Slavia untuk Kaisar Romawi Timur). Penerus-penerus mereka mendukung gagasan bahwa Moskwa adalah penerus Roma dan Konstantinopel. Gagasan bahwa Kekaisaran Rusia adalah Roma Ketiga tetap hidup hingga meletusnya Revolusi Rusia tahun 1917.[135]

1 komentar:

  1. WhatsApp 085 244 015 689
    Terimakasih banyak AKI karna melalui jalan togel ini saya sekarang sudah bisa melunasi semua hutang2 orang tua saya bahkan saya juga sudah punya warung makan sendiri hi itu semua berkat bantuan AKI JAYA yang telah membarikan angka 4D nya menang 275 jt kepada saya dan ALHAMDULILLAH berhasil,kini saya sangat bangga pada diri saya sendiri karna melalui jalan togel ini saya sudah bisa membahagiakan orang tua saya..jika anda ingin sukses seperti saya hubungi no hp O85-244-015-689 AKI JAYA,angka ritual AKI JAYA meman selalu tepat dan terbukti..silahkan anda buktikan sendiri. 2D 3D 4D 5D 6D


    WhatsApp 085 244 015 689
    Terimakasih banyak AKI karna melalui jalan togel ini saya sekarang sudah bisa melunasi semua hutang2 orang tua saya bahkan saya juga sudah punya warung makan sendiri hi itu semua berkat bantuan AKI JAYA yang telah membarikan angka 4D nya menang 275 jt kepada saya dan ALHAMDULILLAH berhasil,kini saya sangat bangga pada diri saya sendiri karna melalui jalan togel ini saya sudah bisa membahagiakan orang tua saya..jika anda ingin sukses seperti saya hubungi no hp O85-244-015-689 AKI JAYA,angka ritual AKI JAYA meman selalu tepat dan terbukti..silahkan anda buktikan sendiri. 2D 3D 4D 5D 6D





    WhatsApp 085 244 015 689
    Terimakasih banyak AKI karna melalui jalan togel ini saya sekarang sudah bisa melunasi semua hutang2 orang tua saya bahkan saya juga sudah punya warung makan sendiri hi itu semua berkat bantuan AKI JAYA yang telah membarikan angka 4D nya menang 275 jt kepada saya dan ALHAMDULILLAH berhasil,kini saya sangat bangga pada diri saya sendiri karna melalui jalan togel ini saya sudah bisa membahagiakan orang tua saya..jika anda ingin sukses seperti saya hubungi no hp O85-244-015-689 AKI JAYA,angka ritual AKI JAYA meman selalu tepat dan terbukti..silahkan anda buktikan sendiri. 2D 3D 4D 5D 6D



    BalasHapus